Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Gunung Slamet Masih Berstatus Waspada

Gunung Slamet Masih Berstatus Waspada Petugas memantau aktivitas Gunung Merapi yang berstatus Waspada (level II) dari layar monitor di Kantor BPPTKG Yogyakarta, DI Yogyakarta, Rabu (30/1/2019). BPPTKG mencatat telah terjadi tiga kali luncuran awan panas menuju hulu Kali Gendol pada Selasa (29/1) malam sehingga terjadi hujan abu tipis di sekitar kota Boyolali. | Kredit Foto: Antara/Hendra Nurdiyansyah
Warta Ekonomi, Jakarta -

Gunung Slamet yang berada di antara Kabupaten Banyumas, Purbalingga, Pemalang, Tegal, dan Brebes, Jawa Tengah, hingga sekarang masih berstatus waspada, kata petugas Pos Pengamatan Gunung Api Slamet Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Sukedi.

Baca Juga: Manfaatkan Situasi, KKB Pimpinan Egianus Kogoya Turun Gunung

"Dalam beberapa hari terakhir, amplitudo tremor menerusnya memang terlihat relatif rendah, dominan di angka 0,5 milimeter, namun sebenarnya masih fluktuatif, sehingga status Gunung Slamet masih waspada," katanya saat dihubungi dari Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Senin siang.

Ia mengatakan berdasarkan pengalaman dan pengamatan selama ini, kondisi tersebut menunjukkan karakter Gunung Slamet.

Dalam peningkatan aktivitas Gunung Slamet kali ini, kata dia, amplitudo tremor menerus tertinggi yang tercatat di Pos PGA Slamet yang berlokasi di Desa Gambuhan, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pemalang, mencapai 5 milimeter.

"Beberapa hari lalu, amplitudonya sempat mencapai 5 milimeter dan sampai sekarang masih fluktuatif karena kadang 4 milimeter, kadang 3 milimeter, naik lagi 4 milimeter, turun menjadi 2 milimeter, dan sekarang dominan 0,5 milimeter," jelasnya.

Selain itu, kata dia, gempa embusan yang terjadi di Gunung Slamet pun masih sering terjadi hingga ratusan kali per hari dan kadang ada gempa tektonik jauh yang terekam.

Terkait dengan karakter Gunung Slamet tersebut, Sukedi mengatakan petugas Pos PGA Slamet maupun masyarakat harus sabar.

"Sabar ada dua, sabar menanti apakah statusnya akan naik, ataukah sabar statusnya akan turun kembali menjadi normal," katanya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Bagikan Artikel: