Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Sering Dipakai Sebagai Senjata Alternatif, Kapan Sejarah Bom Molotov Muncul?

Sering Dipakai Sebagai Senjata Alternatif, Kapan Sejarah Bom Molotov Muncul? Kredit Foto: Foto: Reuters.
Warta Ekonomi, Uni Soviet -

Ketika sedang terjadi demonstrasi dan protes di seluruh dunia, bom molotov hampir selalu muncul sebagai salah satu senjata yang digunakan jika terjadi bentrokan. Bom yang telah menjadi senjata alternatif di berbagai konflik itu ternyata memiliki sejarah yang cukup menarik. Adanya bom Molotov berawal usai invasi Nazi Jerman ke Polandia pada 1939 yang memulai Perang Dunia II.

 

Apa yang dilakukan Hitler itu mengakibatkan kekhawatiran Pemimpin Uni Soviet, Josef Stalin yang semakin besar seiring dengan semakin kuatnya Nazi. Agar mengantisipasi kemungkinan invasi dari Nazi, Stalin memutuskan untuk mencaplok sebanyak mungkin wilayah di sebelah barat Uni Soviet, agar dapat dijadikan buffer atau zona penghalang.

 

Negara Finlandia diminta oleh Stalin untuk menyerahkan beberapa pelabuhannya di Laut Baltik dan benteng-bentengnya serta memindahkan bagian besar perbatasannya ke arah barat menjauhi kota Leningrad, yang sekarang dikenal sebagai St. Petersburg, dan teritori lainnya di utara.

 

Baca Juga: Sering Dipakai Sebagai Senjata Alternatif, Kapan Sejarah Bom Molotov Muncul?

 

oj65c0196zn3y86egk95_12354.jpg

Vyacheslav Molotov.

 

Finlandia telah menjadi bagian dari Kerajaan Swedia selama 700 tahun sebelum dikuasai Rusia dari 1809-1917, Finlandia tidak mau menyerahkan wilayahnya. Terlebih lagi hubungan negara itu dengan Uni Soviet bisa dikatakan renggang setelah Finlandia memperoleh kemerdekaannya dari Rusia pada 1917.

 

Finlandia, sementara menyatakan netralitasnya dalam setiap konflik antara Jerman Nazi dan Uni Soviet, berharap bahwa jika Soviet melakukan serangan, Finlandia dapat mengandalkan dukungan Jerman. Tetapi, pada saat Stalin dan Hitler menandatangani kesepakatan untuk tidak saling menyerang pada 1939, Finlandia tahu Soviet akan melakukan invasi ke negaranya.

 

Serangan Soviet diawali dengan pengeboman besar-besaran di Ibu Kota Finlandia, Helsinki, yang mengakibatkan kerusakan luas dan jatuhnya banyak korban jiwa. Serangan yang menyebabkan korban warga sipil itu mendapat kritik keras di seluruh dunia, termasuk di Liga Bangsa-Bangsa.

 

Ketika ditanya mengenai serangan itu, Menteri Luar Negeri Soviet dan tangan kanan Stalin, Vyacheslav Molotov, mengumumkan bahwa setiap laporan pengeboman Soviet adalah kebohongan pemerintah Finlandia dan pers. mengatakan bahwa kenyataan yang terjadi adalah Soviet menjatuhkan barang kebutuhan dan bantuan kemanusiaan lainnya.

 

Warga Finlandia menyebut bom Soviet sebagai "keranjang roti Molotov" dan segera membuat “barang kelontong” mereka sendiri. Finlandia yang pada waktu itu bukan negara kaya mengandalkan improvisasi untuk mempersenjatai militernya dan mereka melakukannya dengan baik.

 

Sebagai balasan untuk "keranjang roti Molotov," Finlandia memutuskan Molotov, dan Tentara Merah Uni Soviet, membutuhkan minuman dan karenanya, mereka menciptakan "Koktail Molotov".

Populer di kalangan perusuh, gerilyawan, dan tentara negara-negara miskin, "Koktail Molotov" mudah dibuat. Botol kaca cukup kuat yang diisi dengan minyak tanah, bensin, atau hampir semua kombinasi bahan kimia cair peledak di atasnya dengan kain yang mudah terbakar di lubangnya, dan jadilan sebuah bom api buatan sendiri. Tambahkan sedikit jeli minyak tanah atau sabun gliserin, dan bom itu akan menempel lebih baik pada pakaian, kulit, logam, dan kayu.

 

Karena tidak mempunyai banyak senjata anti-tank dalam pertempuran melawan musuh dengan jumlah tank yang besar, Finlandia mulai memproduksi massal koktail Molotov di pabrik-pabriknya. Kotak amunisi penuh "koktail" tersebut dikirimkan ke tentara Finlandia beserta korek api kayu yang terpasang. Dalam pertempuran pertama di perbatasan, Finlandia menghancurkan lebih dari 80 tank Soviet dan kru mereka dengan bom Molotov, yang membakar mesin dan saluran gas, dan masuk ke celah-celah dan bukaan di lapisan baja, memanggang para kru di dalam.

 

Setelah terlepas dari upaya keras dalam perang yang berlangsung selama sekira lima bulan (November 1939 - Maret 1940), pasukan Finlandia tidak dapat bertahan lama mengatasi perbedaan jumlah yang luar biasa besar dengan tentara Uni Soviet. Pada akhirnya pasukan Finlandia perlahan-lahan didorong mundur ke ibu kota mereka, Stalin akhirnya menghentikan gerak maju Tentara Merah. 

 

Jika Finlandia setuju menghentikan perang dan memberikan apa yang awalnya diminta, Soviet tidak akan melanjutkan invasi atau menuntut wilayah lain. Tetapi, saat konflik tersebut, bom Molotov telah membuktikan keampuhannya dan masih menjadi salah satu senjata yang banyak digunakan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Abdul Halim Trian Fikri

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: