Kementerian Pertanian (Kementan) di tahun 2019 ini mulai menginisiasi kegiatan pilot project pengembangan kawasan untuk perbenihan jagung berbasis korporasi petani. Penguatan kelembagaan kawasan korporasi dilakukan melalui pengawalan, pembinaan dan pendampingan dalam teknik produksi benih jagung, bantuan sarana produksi, alsintan, infrastruktur dan akses pasar.
Salah satunya lokasi pilot project yang dikunjungi Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian (Kementan), Suwandi, bersama Direktur Perbenihan M. Takdir Mulyadi, di Desa Jatirogo, Kabupaten Tuban pada hari Sabtu kemarin (7/9/2019).
Baca Juga: Lagi, Kementan Ekspor 35 Kontainer Kacang Hijau ke China dan Filipina
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan menargetkan pelaksanakan kegiatan pilot project pengembangan kawasan jagung hibrida untuk penangkaran benih berbasis korporasi petani di Tuban untuk tahap awal seluas 89,6 ha dari target nasional seluas 1.175 ha. Dari total ini, berada di tiga kabupaten yakni di Tuban 675 ha, Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan 250 ha dan Lampung Timur 250 ha.
"Berbeda halnya korporasi jagung di Kabupaten Lebak Banten, bukan untuk penangkaran tapi untuk konsumsi seluas 1.000 ha. Pelaksanaan Korporasi perbenihan ini akan terlaksana dengan 3 tahap selama 5 tahun," jelasnya.
Dalam kunjungannya ini, Suwandi menyaksikan dan mengapresiasi jerih payah yang dilakukan kelompok tani Kabupaten Tuban. Menurutnya, kegiatan percontohan ini dimaksudkan untuk merangsang kelembagaan ekonomi petani agar bisa mengelola bisnis usaha tani, penangkaran benih jagung hibrida secara mandiri dan juga dapat meningkatkan produksi benih nasional secara berkelanjutan.
Baca Juga: Berkat Gempita Kementan, Ekonomi Maluku Kembali Berjaya
“Setelah ini, jika berhasil kita terapkan di beberapa kawasan lain untuk mereplikasi kegiatan perbenihan jagung hibrida berbasis korporasi petani kedepan,” ucapnya.
Pola Pengembangan Benih Jagung
Pada kunjungan ini, Bahtiar dari Balai Penelitian Tanaman Serealia Maros menjelaskan teknologi paling tinggi untuk perbenihan diistilahkan dengan nama hibridisasi artinya mempertemukam 2 tetua yang berbeda. Intinya semakin jauh hubungan kekerabatan tetua, maka semakin bagus hasilnya, artinya jika tidak ada kekerabatannya maka semakin baik hasilnya.
Ketua Kelompok Tani Gembang Makmur, Sarwito, mengungkapkan sebenarnya penangkar benih jagung ini awalnya tidak percaya apakah kondisi kemarau ekstrim bisa tetap berproduksi. Itulah yang selalu timbul di benak petani, namun lewat dorongan penjelasan dan pendampingan, petani justru merasa mantap.
"Apalagi pada waktu itu juga teman-teman kelompoktani memberikan dukungan. Kami langsung menyepakati siap melaksanakan program pemerintah penangkaran benih walaupun kondisi yang seperti ini,” ujarnya.
Baca Juga: Suplai Ayam Melimpah, Kementan Rekomendasikan Ini
“Kalau saya bilang musim cuaca yang ekstrim, namun teman teman para penangkar benih benar-benar siap untuk melaksanakan dengan kondisi lapangan seperti ini Pak," tambah Sarwito
Perlu diketahui kebutuhan benih jagung di Tuban meningkat signifikan setiap tahunnya. Provitas jagung hibrida tahun 2017 mengalami kenaikan dari 5,39 ton per ha menjadi 5,58 ton per ha pada tahun 2018.
Untuk itu, Direktur Perbenihan Tanaman Pangan, Takdir Mulyadi, berharap dengan dilaksanakan percepatan gerakan tanam perbenihan jagung hibrida berbasis korporasi, Provinsi Jawa Timur nantinya dapat memenuhi kebutuhan benih jagung hibrida untuk wilayahnya (insitu) dan bisa memangkas biaya produksi serta meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan petani.
Baca Juga: Gunakan 9 Jurus, Produksi Jagung di Nganjuk Raup Rp1 Triliun
"Luas jagung korporasi di Tuban saat ini sudah tertanam 89,6 ha dari target 675 ha. Varietasnya semua petani memakai Nasa 29, untuk panennya rencana di bulan Oktober dan November ini, ujar" Takdir.
Takdir menyebutkan analisa usahatani penangkaran benih jagung hibrida lebih menguntungkan, jika dibandingkan dengan jagung hibrida konsumsi. Faktanya, dengan biaya produksi calon benih Rp7,2 juta per hektar akan diperoleh hasil 5 ton per ha.
"Harga jual calon benih Rp6.000 per ha sehingga perkiraan pendapatan Rp22,8 juta per ha," sebut dia.
Baca Juga: Pasar Jepang Minati Tongkol Jagung Sumatera Utara
Ia menambahkam sedangkan untuk benih konsumsi dengan biaya produksi Rp 8,2 juta per hektar akan diperoleh hasil 7 ton per hektar. Harga jual jagung konsumsi Rp 3.000 per hektar sehingga perkiraan pendapatan sekitar Rp12,8 juta per ha, sehingga ada selisih pendapatan perbenihan Rp10 juta per ha lebih tinggi.
"Harapan ke depan, Kabupaten Tuban dapat memenuhi ketersediaan benih jagung hibrida di wilayah Jawa dan sekitarnya secara mandiri dan berkesinambungan mulai dari hulu sampai hilir yang dikelola dalam bentuk kelembagaan koperasi petani," tutur dia.
Pada kunjungan ini, turut dilakukan penyerahkan bantuan pompa air dari PT. Tunas Widji Inti Nayottama (TWINN) kepada 3 kelompok tani yang ada di Kecamatan Jatirogo yakni Kelompok Tani Sekar Arum, Kelompok Tani Gembang Makmur, dan Kelompok Tani Kedung Tani.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Lestari Ningsih
Tag Terkait: