Pameran lima industri besar, Mining Indonesia, Oil & Gas Indonesia, Construction Indonesia, Concrete Show SEA Indonesia, Marintec Indonesia resmi dibuka. Pameran ini akan berlangsung empat hari, 18-21 September 2019, di Jakarta International Expo Center, Kemayoran.
Pamerindo Indonesia selaku penyelenggara menyatakan, pembukaan pameran bertaraf internasional itu bertujuan untuk memfasilitasi dan mempromosikan upaya industri dalam mendukung pembangunan berkelanjutan di Indonesia.
Pameran dengan luas area 60.000 meter persegi ini menghadirkan lebih dari 1.400 perusahaan dari 39 negara di seluruh dunia yang terbagi dalam 15 paviliun negara. Penyelenggaraan pameran ini merefleksikan posisi Indonesia di mata dunia dan kontribusinya terhadap perekonomian Indonesia.
Maysia Stephanie, Event Director PT Pamerindo lndonesia, mengatakan, lima pameran itu tersegmentasi untuk melayani sektor pertambangan, migas, maritim, dan konstruksi yang disatukan sebagai satu acara unggulan, yakni Indonesia Energy & Engineering Exhibitions, dengan menampilkan teknologi terkini dan solusi bagi seluruh rantai pasokan untuk meningkatkan daya saing dan pembangunan yang berkelanjutan.
Baca Juga: Memanfaatkan Energi Terbarukan, Mewujudkan Praktik Tambang Berkelanjutan
Menurutnya, pembangunan berkelanjutan merupakan tanggung jawab semua pemangku kepentingan di industri ini. Indonesia Energy & Engineering diselenggarakan sebagai platform ideal bagi para pemain industri dan seluruh pemangku kepentingan untuk terlibat dan berbagi pemikiran, serta membangun kemitraan yang saling menguntungkan guna mewujudkan pembangunan berkelanjutan di Indonesia.
Bambang Gatot Ariyono, Direktur Jenderal Minerba Kementerian ESDM saat membuka pameran tersebut mengatakan, sebagai regulator, Pemerintah Indonesia melalui Kementerian ESDM, memperhatikan pencapaian dari tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) dengan memberlakukan aturan dan pedoman penambangan yang baik.
Untuk mewujudkannya, ESDM berfokus pada tiga pilar, kecelakaan nihil (zero accident), pembangunan yang ramah lingkungan, dan berkelanjutan.
"Indonesia perlu menggandakan laju peningkatan efisiensi energi, meningkatkan infrastruktur, dan meningkatkan kualitas teknologi untuk penyediaan layanan energi modern dan berkelanjutan," jelas Bambang.
Andrew Wong, Managing Director Swagelok lndonesia mewakili industri migas, mengungkapkan, tidak ada yang mudah dalam industri migas di Indonesia, bahkan di dunia. Setiap tahunnya, pelaku industri menghadapi tantangan teknis yang semakin kompleks, di antaranya sumur yang lebih dalam, suhu lebih tinggi, tekanan, serta lingkungan yang lebih korosif.
Hal-hal tersebut menuntut standar, peraturan, pengawasan dan pertanggungjawaban yang lebih demi mewujudkan apa yang menjadi perhatian utama dalam menyediakan eksploitasi sumber daya alam yang sehat, aman, ramah lingkungan, dan dengan biaya yang optimal.
Pada kesempatan yang sama, Eddy Kurniawan, Ketua Ikatan Perusahaan Industrl Kapal dan Sarana Lepas Pantai lndonesia (Iperindo) mengatakan, sejak asas cabotage diterapkan, impor kapal secara reguler ke Indonesia menciptakan defisit perdagangan sebesar 513,10 miliar di 2018.
Iperindo berharap pemerintah akan mengambil tindakan tegas untuk memberdayakan industri maritim Indonesia dengan menetapkan regulasi pajak, fiskal, dan pembiayaan yang menguntungkan.
Eddy juga mengatakan, ketika industri maritim Indonesia bertumbuh, otomatis dapat memenuhi permintaan akan kapal pelayaran, bahkan mungkin ke depannya Indonesia bisa mengekspor kapal ke negara-negara lain. Ketika hari itu tiba, Indonesia tidak akan melihat defisit dalam neraca perdagangan, tapi menghasilkan surplus perdagangan untuk Indonesia.
Baca Juga: Impor Migas Surut, Impor Nasional Turun 8,53%
"Di sinilah menurut saya, pameran Marintec Indonesia memainkan peranan penting sebagai salah satu fasilitator dan pendukung para pemain industri dalam perkembangan ini," jelas Eddy.
Budiono Wibowo, East Territory Director PT Daya Kobelco Construction Machinery Indonesia (Kobelco), menambahkan, sektor infrastruktur, agribisnis, dan kehutanan tahun ini diprediksi tetap positif dan berlanjut.
Proyek konstruksi jangka menengah dan panjang masih memerlukan investasi alat berat. Sedangkan untuk sektor tambang, walaupun trennya sedikit menurun, tetapi potensi dan prospeknya masih positif.
Sementara Hari Nugraha Nurjaman, Ketua Ikatan Ahli Pracetak Prategang lndonesia (IAPPl), menyimpulkan, jumlah perusahaan Indonesia yang sudah mulai menerapkan prinsip pembangunan berkelanjutan memang tidak sebanyak di negara maju, tapi dalam 10 tahun terakhir, pertumbuhannya sangat agresif.
"Perusahaan yang ingin hidup lebih lama, tentu saja harus menerapkan prinsip pembangunan berkelanjutan," jelas Hari.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Agus Aryanto
Editor: Rosmayanti