Guna mendorong para anggotanya menerapkan teknologi digital, AAJI kembali menyelenggarakan Seminar Digital & Risk Management in Insurance (DRiM) 2019 pada 25-27 September 2019 di The Westin Hotel, Nusa Dua Bali. Seminar DRiM merupakan salah satu program kerja AAJI dalam meningkatkan penetrasi dan inklusi keuangan bagi masyarakat Indonesia.
Ketua Dewan Pengurus AAJI Budi Tampubolon mengatakan, melalui kegiatan DRIM 2019, AAJI berharap industri asuransi dapat menyiapkan strategi yang tepat guna meningkatkan penetrasi asuransi jiwa di Indonesia.
“Besarnya potensi pasar industri asuransi di Indonesia ini harus segera digarap. Beragam kemudahan teknologi saat ini kami yakini dapat mendorong percepatan penetrasi pasar khususnya anak-anak milenial," ujarnya di Nusa Dua, Bali, Kamis (26/9/2019).
Baca Juga: Kanal Distribusi Keagenan Melonjak Tajam, Cigna Yakin Peringkat AAJI Meningkat
Menurutnya, penetrasi asuransi jiwa di tanah air yang terbilang masih cukup rendah, sementara penetrasi penggunaan internet di Indonesia sangat tinggi merupakan suatu opportunity bagi industri asuransi jiwa.
"Transformasi digital adalah kunci penghubung untuk kedua hal tersebut," ungkapnya.
Meski demikian, peran agen/ financial advisor yang menawarkan informasi mengenai produk dan layanan asuransi jiwa masih menjadi jalur yang utama (dimana lebih dari 77% dari total premi baru dihasilkan dari jalur distribusi keagenan dan bancassurance). Namun, penjualan jalur digital (digital insurance) sudah mulai terlihat (sekitar 0.01%) dari total premi baru Rp 54,57 triliun (data Q2 2019 – AAJI).
"Penetrasi penggunaan internet dan pengguna media sosial di Indonesia diharapkan dapat mendorong penetrasi pasar market asuransi di Indonesia. Dengan wilayah yang sangat luas dan ribuan pulau, komunikasi digital adalah kunci utama mendekatkan diri dengan segmen Milenial dan Gen Z tersebut," jelas Budi.
Untuk itu, program-program marketing dari jalur digital ataupun media sosial khususnya bagi segmentasi Millennial dan Gen Z kedepannya diharapkan dapat mempengaruhi dan memberikan andil besar dalam penetrasi asuransi jiwa.
Baca Juga: AAJI Optimis Premi Asuransi Moncer di Paruh Kedua 2019, Sebabnya?
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Panitia DRIM 2019, Wiroyo Karsono mengatakan,teknologi menyebabkan jarak semakin tipis, sehingga dalam hal ini perlu tindakan nyata oleh industri atau pelaku industri asuransi untuk semakin cepat dan tepat memenuhi kebutuhan nasabah dan memberikan layanan terbaik.
“AAJI melihat, generasi millennial sudah memiliki inisiatif dan minat untuk melindungi masa depan keuangannya, hal ini tentu harus disikapi juga oleh industri asuransi, bagaimana selanjutnya industri asuransi menentukan investasi perusahaan dibidang teknologi digital, guna meraih pasar dari kalangan milenial tersebut,” papar Wiroyo.
Untuk diketahui, hasil survei AAJI bekerjasama dengan Nielsen terkait pandangan generasi milenial terhadap asuransi dan kebutuhan dimasa depan terlihat bahwa segmen milenial (usia 25-38 tahun) sudah memahami pentingnya asuransi dan paham bahwa mereka dapat membelinya melalui jalur distribusi digital (online).
Walaupun produk asuransi jiwa lebih dikenal dan diminati oleh segmen usia lebih tua (late Millennial/ usia 30-38 tahun), namun terkait kesadaran berasuransi segmen usia muda atau dikenal dengan Gen Z (usia 17-24 tahun) sudah mulai aware akan pentingnya perlindungan asuransi.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Clara Aprilia Sukandar
Tag Terkait: