Kementerian Perdagangan (Kemendag) terus mendorong pertumbuhan ekonomi nasional melalui sinergi industri Perdagangan Berjangka Komoditi (PBK), Sistem Resi Gudang (SRG), dan Pasar Lelang Komoditas (PLK).
Melalui Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti), Kemendag menggelar Pertemuan Tahunan Industri PBK, SRG dan PLK dengan pemangku kepentingan di Bogor, Jawa Barat, Kamis (26/9/2019). Pertemuan tahunan bertema 'Peluang dan Tantangan Industri PBK, SRG, dan PLK' ini, bertujuan memberikan ulasan mengenai capaian kinerja industri PBK, SRG, dan PLK selama 2018-2019 serta proyeksi perkembangannya di 2020.
Selain itu, untuk memberikan gambaran tentang langkah strategis dalam mendorong insiatif pelaku usaha PBK, SRG, dan PLK menuju pertumbuhan industri yang terintegrasi, berkeadilan, dan berkelanjutan.
Baca Juga: Strategi Peningkatan Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga
"Industri PBK, SRG, dan PLK harus bersinergi dalam menghadapi era perdagangan digital untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional," ujar Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita.
Dia menjelaskan, di tengah ketidakpastian global, perekonomian Indonesia masih menunjukan pertumbuhan yang relatif stabil. Produk domestik bruto (PDB) Indonesia pada triwulan II 2019 tumbuh positif 5,05% menjadi Rp3.963,5 triliun. Sementara inflasi tahunan tercatat sebesar 3,49%.
Walaupun Indonesia tercatat defisit perdagangan migas sejak 2012, ekspor nonmigas Indonesia selalu mencatatkan surplus perdagangan. Selain itu, cadangan devisa Indonesia juga masih menunjukan tren positif. Pada Agustus 2019, cadangan devisa Indonesia tercatat US$126,4 miliar atau setara pembiayaan 7,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.
"Hal ini didasarkan asumsi pertumbuhan ekonomi Indonesia ke arah yang terus meningkat, pemulihan ekonomi global, serta perbaikan harga komoditas di pasar internasional," terang Enggar.
Plh Kepala Bappebti Kasan menambahkan, Bappebti akan terus menyelaraskan arah kebijakan untuk mendukung peningkatan kinerja perdagangan.
"Langkah yang akan ditempuh, yaitu meningkatkan daya saing perdagangan melalui optimalisasi pemanfaatan BPK sebagai sarana pengelolaan risiko, referensi harga, dan sarana investasi; mendorong pertumbuhan perekonomian daerah melalui percepatan implementasi SRG sebagai sarana tunda jual dan alternatif pembiayaan bagi petani, UKM, koperasi, dan pelaku usaha. Selian itu, meningkatkan efisiensi mata rantai perdagangan dan menciptakan sarana pembentukan harga melalui PLK," imbuhnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti