Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Amerika Enggak Bisa Makan Kepiting Rajungan Tanpa Indonesia, Kata Pendiri Startup Ini

Amerika Enggak Bisa Makan Kepiting Rajungan Tanpa Indonesia, Kata Pendiri Startup Ini Nelayan anggota platform aruna | Kredit Foto: WE
Warta Ekonomi, Jakarta -

Sektor perikanan menjadi salah satu hal yang vital bagi perekonomian di Indonesia, mengingat Indonesia merupakan negara kepulauan dengan 70% wilayah yang terdiri dari air. Apalagi, di era digital ini, tuntutan untuk go digital dan otomasi juga berlaku bagi pelaku industri perikanan, khususnya nelayan.

Aruna, adalah salah satu perusahaan rintisan yang bergerak di industri perikanan dengan menjadi penghubung nelayan dengan pembeli tangkapannya. CEO Aruna, Farid Naufal Aslam menjelaskan bahwa potensi Indonesia dalam industri perikanan sangat besar, namun terbatasi oleh akses antara nelayan dengan pembeli.

"Challenge-nya adalah selama ini industri perikanan tertutup. Ini yang coba kita pecahkan dengan teknologi, kita buka, jadi nelayan dan kelompoknya bisa tahu pasar yang tepat apa, komoditas yang bagus apa," kata Farid ketika ditemui di Tokopedia Tower, Jumat (27/9/2019).

Baca Juga: Aruna, start-up asal Indonesia, Pemenang Alipay-NUS Enterprise Social Innovation Challenge

Selain terbatasnya akses, ketidakpahaman kelompok nelayan sendiri terhadap teknologi juga menghambat pemasukan yang diterimanya. Farid menceritakan kisah salah satu mitra nelayannya yang memiliki kendala dalam memahami teknologi.

"Kita pernah kasih handphone ke nelayan, akhirnya kita coba sebulan jalan, setelah itu dijual, dikasih ke anaknya. Jadi ga jalan juga," ujarnya.

Hal lain yang juga menghambat pertumbuhan sektor perikanan disebut Farid berasal dari oknum tengkulak yang sering mencurangi timbangan tangkapan nelayan. Mengatasi hal tersebut, Aruna sendiri memiliki pendataan ikan yang tersambung dengan layanan komputasi awan yang dimilikinya, sehingga data berat ikan tidak minim potensi untuk dicurangi.

"Ketika ditimbang, otomatis datanya sinkron ke cloud kita, jadi tidak ada lagi timbangannya curang," katanya.

Sektor perikanan memiliki potensi yang cukup besar jika pelaku mengerti bagaimana mengakses pembeli dan mengetahui apa komoditas yang sedang marak di pasar. Farid membeberkan nilai transaksi salah satu kelompok nelayan yang jadi mitranya.

"Pernah ada satu kelompok nelayan itu yang transaksinya sampai Rp 700 juta per bulan. Dan itu belum maksimal sebenarnya," ungkapnya.

Belum maksimal seperti yang disebut Farid sendiri artinya potensi industri perikanan memiliki nilai yang cukup signifikan.

"Kita penangkap tuna terbesar dunia, bahkan kalau kepiting, kita punya datanya, 40% kepiting rajungan di Amerika itu dari Indonesia. Jadi kalau kita stop (ekspor) Amerika nggak bisa makan kepiting," candanya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Bernadinus Adi Pramudita
Editor: Tanayastri Dini Isna

Bagikan Artikel: