Senator AS Gerah dengan Serangan Turki atas Kurdi dan Gagas Ide 'Sanksi dari Neraka'
Seorang senator terkemuka Amerika Serikat (AS) dari Partai Republik mengungkapkan kekhawatirannya atas nasib bangsa Kurdi di timur laut Suriah yang menjadi sasaran operasi militer Turki. Ia berencana untuk memperkenalkan paket sanksi "menghancurkan" untuk menghukum Turki atas operasi militernya tersebut.
Senator Lindsey Graham telah berulang kali mengkritik keputusan Presiden Donald Trump untuk menarik pasukan AS dari Suriah timur laut.
Dalam sebuah wawancara dengan Axios, Graham mengatakan, sanksi yang direncanakannya akan menyerang ekonomi dan militer Turki. Ia memperkirakan Senat AS dapat mengumpulkan suara untuk mengesampingkan potensi veto dari Presiden Trump.
Baca Juga: Tiga Negara Eropa Kutuk Serangan Turki di Suriah
"Siapa yang mendukung (serangan) Erdogan atas Kurdi?" Graham mengatakan kepada Axios, merujuk pada presiden Turki. Dia memperkirakan "efek riak yang menghancurkan" dari aksi Turki di Suriah.
Graham memperingatkan bahwa keputusan Trump untuk menarik pasukan membuka jalan bagi serangan Turki terhadap pasukan pimpinan Kurdi yang telah lama bersekutu dengan Washington.
"Presiden melakukan ini sepenuhnya mendapat saran orang lain. Dia akan mendapatkan 100% kredit jika dia tahu sesuatu yang kita tidak tahu. Dan dia akan mendapat 100 persen kesalahan. Tidak akan ada jalan tengah," ujar Graham seperti dikutip dari Reuters, Kamis (10/10/2019).
Dalam sebuah tweet pada hari Selasa lalu, Graham memperingatkan Ankara tentang "sanksi dari neraka" jika bergerak ke Suriah utara.
“Sanksi yang luas, dalam, dan dahsyat,” tuturnya.
Militer Turki dan pemberontak Suriah yang menjadi sekutunya melancarkan operasi di Suriah pada Rabu dengan serangan udara. Operasi ini akan didukung oleh tembakan artileri dan meriam howitzer.
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan mengatakan operasi itu bertujuan menghilangkan "koridor teror" di sepanjang perbatasan Turki.
Baca Juga: Presiden Minta Turki Lakukan Ini untuk Solusi Suriah
Ankara telah mencap milisi YPG Kurdi Suriah sebagai teroris karena hubungan mereka dengan para militan yang melakukan pemberontakan di Turki.
Erdogan mengatakan, serangan itu bertujuan untuk menghilangkan ancaman dari YPG dan militan Negara Islam, serta membuka jalan bagi pengungsi Suriah di Turki untuk kembali setelah pembentukan "zona aman" di daerah tersebut.
“Erdogan bukan teman kita dan Kongres akan mundur. Kami tidak memberi Turki lampu hijau di Kongres dan kami tidak akan meninggalkan Kurdi. Jika presiden melakukannya, kami tidak akan melakukannya,” kata Graham dalam sebuah wawancara pada hari Rabu dengan Fox News Channel.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: