Tingginya nilai investasi di sektor jasa penyewaan rig untuk kerja ulang dan perawatan sumur eksisting minyak membuat salah satu pemain di sektor ini, PT Ginting Jaya Energi Tbk melakukan IPO untuk mendapatkan dukungan pendanaan dari pasar modal.
Menurut CEO KLS Kapital Reagy Sukmana, sektor ini tidak dapat mengandalkan pembiayaan dari dunia perbankan karena nilai investasinya yang tinggi sehingga memiliki ruang gerak terbatas.
"Sumber pendanaan yang lebih luas jangkauannya ada di pasar modal, sehingga tepat jika Ginting Jaya Energi menawarkan sahamnya ke publik," ujarnya di Jakarta, Minggu (20/10/2019).
Baca Juga: Pasca IPO, Ginting Jaya Energi Optimis Keuntungan Bakal Melambung
Reagy memaparkan potensi industri work over (kerja ulang) dan well services (perawatan sumur) di Indonesia mencapai sekitar Rp23 triliun per tahun, serta berkontribusi hingga 90% dari produksi minyak nasional.
"Perbankan memiliki keterbatasan, seperti hanya dapat mengawal dua tahun based on contract, sedangkan impact bisnis ini di tahun ketiga baru tercipta free cash flow," papar Reagy Sukmana.
Ditambahkannya, saham berkode WOWS ini berpotensi kuat diminati investor mengingat industri ini ROI-nya (return on investment) cukup tinggi, profit margin yang besar dan EBITDA hingga 60%, sehingga dapat dikategorikan saham defensive.
Pada kesempatan yang sama, CEO PT Ginting Jaya Energi Tbk, Jimmy Hidayat mengatakan, pasar saham Indonesia saat ini dalam kondisi bagus, yang tercermin dari animo perusahaan yang melakukan IPO semakin besar selama tiga tahun terakhir.
"Kami mengambil kesempatan ini dan menjadi perusahaan swasta Palembang pertama yang akan IPO karena kami percaya perusahaan kami memiliki prospek yang baik untuk para investor di pasar saham Indonesia," ujar Jimmy.
Baca Juga: Tingkatkan Produksi Minyak, Pertamina Disarankan Fokus Kegiatan WOWS
Menurutnya, industri work over well service tidak terpengaruh dengan fluktuasi harga minyak. "Kami bukan perusahaan drilling, WOWS merupakan perusahaan jasa penyewaan rig. Industri ini tak terpengaruh, dapat dilihat dari konsistensi pertumbuhan omzet di tengah fluktuasi harga minyak dunia," ungkapnya.
Terkait tujuan IPO, Jimmy menjelaskan, tantangan industri work over well service ini memiliki high barrier pendanaan yang besar.
"Kami optimis jika hal ini (pendanaan) terselesaikan, maka target lifting minyak bisa dipenuhi oleh work over well service. Saat ini kami terpaksa tak dapat memenuhi beberapa kontrak dari Pertamina karena keterbatasan jumlah rig kami. Kami optimis dengan IPO, maka kami dapat memenuhi kontrak di masa yang akan datang," tukas Jimmy.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: