Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Tuding Rusia Provokasi Jelang Pemilu Amerika Serikat, Ini yang Facebook Lakukan!

Tuding Rusia Provokasi Jelang Pemilu Amerika Serikat, Ini yang Facebook Lakukan! Kredit Foto: TechCrunch
Warta Ekonomi, Surakarta -

Facebook telah menangguhkan jaringan akun Instagram yang berbasis di Rusia, sebab menargetkan memecah-belah warga Amerika Serikat (AS) melalui pesan politik menjelang pemilihan Presiden AS tahun depan. Mereka menyamar sebagai penduduk AS.

Secara terpisah, raksasa medsos itu juga menangguhkan tiga jaringan terpisah yang dioperasikan dari Iran. Jaringan Rusia menunjukkan beberapa hubungan dengan lembaga Internet Research Agency (IRA), organisasi yang dimanfaatkan oleh Moskow dalam pemilihan umum AS 2016.

“Operasi tersebut menargetkan sebagian besar debat publik AS dan terlibat dalam jenis masalah politik yang berpotensi menimbulkan konflik,” kata Kepala Kebijakan Keamanan Siber Facebook, Nathaniel Gleicher, dikutip dari Reuters, Selasa (22/10/2019).

Baca Juga: Jelang Pemilu Amerika Serikat! Facebook Siapkan 'Cap' Khusus untuk Atasi Masalah . . . .

Para pejabat keamanan AS telah memperingatkan kalau Rusia, Iran, dan negara lain dapat berupaya memengaruhi hasil pemilihan presidennya tahun depan. Untuk itu, mereka waspada terhadap tanda-tanda kampanye pengaruh asing di medsos.

Gleicher mengatakan, jaringan yang terhubung dengan IRA menggunakan 50 akun Instagram dan satu akun Facebook untuk mengumpulkan 246 ribu pengikut. “Sekitar 60% di antaranya berada di Amerika Serikat,” katanya.

Peneliti dari perusahaan analisis medsos, Graphika, Ben Nimmo mengatakan, akun itu berbagi materi yang menarik bagi para pendukung Partai Republik dan Demokrat.

Sebagian besar pesan menjiplak materi yang ditulis oleh para pakar konservatif dan progresif. Di dalamnya ada komentar daur ulang yang awalnya dibagikan di Twitter, berisi kritik kepada anggota Kongres AS Alexandria Ocasio-Cortez, kandidat presiden Demokrat Joe Biden dan Presiden Donald Trump saat ini.

Gleicher mengatakan jaringan Iran yang terpisah yang diidentifikasi timnya menggunakan lebih dari 100 akun palsu dan menargetkan pengguna AS. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Tanayastri Dini Isna
Editor: Tanayastri Dini Isna

Bagikan Artikel: