Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Berkat AS-China, Dolar AS Bikin Rupiah Tak Berdaya!

Berkat AS-China, Dolar AS Bikin Rupiah Tak Berdaya! Kredit Foto: Antara/Puspa Perwitasari
Warta Ekonomi, Jakarta -

Perang dagang yang kembali memanas membuat pelaku pasar mencari perlindungan kepada mata uang safe haven dolar AS dan menjauhi aset-aset berisiko berbasis keuangan dari negara berkembang. Alhasil, nilai tukar dolar AS menjadi perkasa di hadapan mayoritas mata uang dunia. 

Melansir dari RTI, hanya ada tiga mata uang yang kini unggul terhadap dolar AS, yakni yen, won, dan dolar Singapura. Sementara itu, mata uang lainnya kini tertekan oleh dolar AS, seperti dolar Australia, poundsterling, dolar Kanada, franc, yuan, dolar Hongkong, baht, dolar Taiwan, dan rupiah.

Baca Juga: China Bikin Ulah ke AS, Perang Dagang Memanas!

Kala pembukaan pasar spot Jumat (25/10/2019), dolar AS masih memberi kesempatan rupiah untuk bertahan di level Rp14.054, level yang setara dengan penutupan perdagangan Kamis kemarin. Namun, tak berapa lama setelahnya, dolar AS langsung membuat rupiah terjungkal ke zona merah.

Baca Juga: Pedih! Nasib Rupiah dan IHSG Berbanding 180 Derajat!

Terhitung hingga pukul 09.50 WIB, rupiah terkontraksi 0,04% ke level Rp14.065 per dolar AS. Selain karena sentimen perang dagang, keoknya rupiah juga dipengaruhi oleh sentimen teknikal. Nilai tukar rupiah yang semakin mahal (+0,56% dalam sepekan), membuat pelaku pasar tergiur untuk mencairkan keuntungan sesegera mungkin. 

Oleh karena itu, pagi ini rupiah terpantau bergerak variatif dengan kecenderungan melemah. Hanyalah dolar Taiwan (0,02%), ringgit (0,12%), dan baht (0,13%) yang mampu ditaklukkan rupiah. Adapun mata uang lainnya justru berbalik menekan rupiah, yakni euro (-0,06%), poundsterling (-0,01%), dolar Singapura (-0,03%), yen (-0,04%), dan won (-0,08%). 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih

Bagikan Artikel: