Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ini Dia Komatsu Smart Construction

Ini Dia Komatsu Smart Construction Kredit Foto: Muhamad Ihsan
Warta Ekonomi, Motegi, Jepang -

Seperti perusahaan-perusahaan lainnya, Komatsu Ltd pun siap go digital. “Kami mempunyai solusi yang disebut smart construction yang kini sudah diimplementasikan di lebih dari 9.000 sites di seluruh dunia,” ujar Terukazu Beppu, Global Promotion Group Smart Construction Promotion Division Komatsu Ltd di Komatsu Mihama IoT Centre, di Kawasan Chiba preferktur, kepada rombongan pimpinan media massa Indonesia, termasuk Warta Ekonomi.

Menurut Beppu, ada beberapa alasan mengapa Komatsu membuat inisiatif smart construction. Pertama, makin langkanya tenaga konstruksi yang berkualitas di Jepang. Data Komatsu menunjukan bahwa jumlah kebutuhan tenaga kerja dibandingkan dengan tenaga kerja yang tersedia terus melebar.

“Sehingga pada tahun 2026 diperkirakan Jepang akan kekurangan 1,28 juta tenaga kerja,” ujar Beppu.

Baca Juga: Deretan Pemuda AS yang Kaya Raya Berkat Digital

Di samping itu, Komatsu juga ingin agar tingkat produktivitas tenaga kerja terus ditingkatkan, baik untuk ibu kota maupun daerah. Peningkatan produktivitas tenaga kerja juga harus berlangsung tanpa tergantung kepada besarnya skala produk.

Pada awalnya, Komatsu lebih melakukan pendekatan kepada mesin-mesinnya.  Tapi, setelah dicoba di market, terjadi beberapa masalah.  Misalnya, terjadi bottleneck di beberapa proses juga tidak bisa membuat rencana konstruksi yang akurat. Alhasil, hasil besar yang diharapkan tidak bias diharapkan hanya bersandarkan pada mesin saja.

Akhirnya disimpulkan bahwa pendekatan pada konstrusi mesin hanya merupakan bagian dari pemecahan masalah. Tapi, untuk memecahkan seluruh masalah dibutuhkan pendekatan yang lebih menyeluruh.

Baca Juga: LinkAja Terapkan QRIS Lewat Digitalisasi Pasar

Sadar dengan kondisi ini, selanjutnya Komatsu melakukan pendekatan yang lebih menyeluruh. Fokusnya bukan hanya kepada mesin, melainkan juga mulai dari proses prakonstruksi, konstruksi dan pascakonstruksi. Tahap kerja dimulai dengan survei, membuat desain yang detil, lalu persiapan perencanaan konstruksi.

Dalam proses ini, misalnya saja, drone sudah mulai dilibatkan untuk memotret kontur tanah. Hasilnya lalu dimasukan ke dalam komputer. Hasilnya, gambar 3 dimensi, yang dapat digunakan untuk mengukur berapa banyak tanah yang harus dibutuhkan atau harus dibuang agar site ideal bisa tercapai.

Sebagai gambaran, ada beberapa modul di tahap kontruksi. Misalnya, construction plan (change/update), construction management, works site management, dan safety management. 

“Dengan modul-modul ini, maka para pekerja yang belum terlalu berpengalaman pun bisa menjalankan proyek ini. Sebab tools yang kami miliki bias membuat pekerjaan yang semula sulit, kini tampak mudah,” ujar Beppu.

"Solusi ini cocok untuk Amerika Serikat, Eropa dan Jepang," komentar Loudy Irwanto Ellias, Marketing Director United Tractors, yang menjadi partner Komatsu di Indonesia. Dia berharap untuk pasar Indonesia, Komatsu lebih banyak bekerja sama soal digital (IT) dengan UT.

“Karena kami juga punya inisiatif digital yang canggih di Indonesia,” tambahnya.

Baca Juga: Mantap Jiwa! Saham United Tractors Paling Diburu Investor, Padahal. . . .

Sebagai tambahan informasi, Komatsu Ltd atau Komatsu adalah sebuah perusahaan multinasional Jepang yang memproduksi peralatan konstruksi, pertambangan dan militer, serta peralatan industri seperti mesin press, laser dan generator thermoelectric. 

Komatsu Group terdiri dari Komatsu Ltd dan 182 perusahaan lain (146 anak perusahaan konsolidasi dan 35 perusahaan dicatat dengan metode ekuitas). Hingga saat ini Komatsu masih merupakan merek alat berat ternama di dunia dan terbanyak pemakaiannya di Indonesia. Di bidang industri pertambangan excavator dari Komatsu terkenal karena kelincahannya dalam mengekspos batubara.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Muhamad Ihsan
Editor: Lestari Ningsih

Bagikan Artikel: