Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Alibaba Lanjutkan Rencana Listing Hong Kong

Alibaba Lanjutkan Rencana Listing Hong Kong Kredit Foto: Reuters/Chance Chan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Setelah situasi politik mereda, Alibaba Group Holding Ltd (BABA.N) mengincar listing di Hong Kong untuk mengumpulkan dana hingga US$15 miliar, awal November ini.

Listing Alibaba akan meningkatkan status Hong Kong sebagai pusat pasar modal utama. Protes anti-pemerintah yang berlangsung berbulan-bulan telah mengguncang kota ini dan membuat Bursa Hong Kong jatuh.

Tahun lalu, Hong Kong berada di peringkat teratas dunia untuk pengumpulan dana melalui penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO).

Baca Juga: Ini Waktu yang Tepat untuk Evaluasi Diri Bagi CEO Alibaba

Float Alibaba akan menjadi kesepakatan terbesar di dunia tahun ini, jika perusahaan minyak Saudi Aramco menunda IPO hingga tahun depan. IPO Aramco bernilai lebih dari US$20 miliar.

"Alibaba berencana meminta persetujuan listing dari Bursa Hong Kong dan Kliring Ltd (0388.HK) setelah ritel online raksasa China ini heboh promo Hari Single, 11 November. Alibaba akan mencatatkan sahamnya menjelang akhir November atau awal Desember," kata seorang sumber, dikutip Reuters (31/10/2019).

Reuters melaporkan, melalui listing ini diharapkan pengumpulan dana meningkat antara US$10 miliar dan US$15 miliar. Sumber yang tak mau disebut namanya itu memberi peringatan bahwa rencana listing masih tunduk pada kondisi pasar.

Seorang juru bicara Alibaba yang sudah terdaftar di New York menolak berkomentar. Perusahaan ini sebenarnya siap meluncurkan listing pada akhir Agustus lalu. Namun, ditunda karena kondisi politik dan keuangan di Hong Kong.

Namun demikian, aktivitas IPO meningkat sejak September. Biasanya empat bulan terakhir tahun ini waktu tersibuk di Hong Kong untuk public floats.

Penawaran dari Alibaba ini, menurut data Refinitiv, memiliki implikasi pada likuiditas dalam sistem keuangan Hong Kong dan Hong Kong Interbank Offer Rate (HIBOR). Ini menjadi kasus khusus mengingat investor sering meminjam dana untuk mengantisipasi penjualan saham besar.

Kenaikan HIBOR justru mengangkat dolar Hong Kong HKD yang dipatok ke dolar AS pada kisaran ketat 7,75 hingga 7,85. Untuk mempertahankan harga, Otoritas Moneter Hong Kong (HKMA) akan membeli dolar lokal jika posisinya terlalu lemah dan menjualnya untuk meredam kekuatan yang berlebihan.

Alibaba mengikuti jejak pembuat bir AB InBev (ABI.BR) yang mengumpulkan sekitar US$5 miliar dengan mendaftarkan unit Asia Pasifiknya di Hong Kong, September lalu. Yang dilakukan AB InBEv itu adalah bursa terbesar dan IPO terbesar kedua di dunia tahun ini.

Baca Juga: Di Bawah Komando Daniel Zhang, Alibaba Punya Target Baru

Pada 2014, Alibaba memegang rekor IPO terbesar di dunia dengan pengumpulan dana US$25 miliar di New York. Perusahaan ini awalnya berharap untuk float di Hong Kong. Namun, struktur pemerintahannya berbenturan dengan peraturan kota.

Bursa dan Kliring Hong Kong kemudian melonggarkan peraturan tahun lalu untuk memikat raksasa teknologi China yang terdaftar di luar negeri ini agar float lebih dekat ke rumah.

Alibaba akan menjadi yang pertama menguji sistem baru. Sejak go public di New York, saham Alibaba bernilai lebih dari dua kali lipat. Sehingga memberikan kapitalisasi pasar sekitar US$460 miliar.

Agustus lalu, Alibaba melaporkan pendapatan dan laba triwulanan yang lebih baik dari perkiraan. Dibantu pertumbuhan bisnis e-commerce dan cloud computing.

Data Refinitiv menunjukkan, perusahaan-perusahaan berhasil mengumpulkan US$18,5 miliar melalui IPO di Bursa Hong Kong dari Januari hingga pertengahan Oktober. Di NYSE dana terhimpun US$21,9 miliar, sementara di Nasdaq US$23,3 miliar.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Lili Lestari
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: