Konsumsi dan investasi di dalam negeri (domestik) adalah dua faktor yang perlu dijaga Indonesia untuk meminimalisasi dampak pelambatan ekonomi global akibat perseteruan perang dagang antara Amerika dan China.
Begitu kata Menteri keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati pada acara Malam Silaturahmi Keluarga Besar Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) 2019 di Hotel JS Luwansa, Jakarta, Jumat (1/11/2019) lalu.
"Indonesia, dengan perlambatan ekonomi global, ekonomi kita masih tumbuh cukup resilience (tahan banting) dan inflasi yang tetap terjaga karena ekonomi kita didominasi oleh permintaan domestik. Konsumsi dan investasi adalah dua faktor yang memengaruhi lebih dari 80%, bahkan mendekati 90% dari ekonomi kita," kata dia seperti dilansir dari situs Kemenkeu, Selasa (5/11/2019).
Baca Juga: Menanti BPS Umumkan Pertumbuhan Ekonomi Kuartal III
Dia menyimpulkan, "Artinya, kalau kita ingin menjaga perekonomian kita dari pengaruh global, pastikan saja bahwa dua ini (konsumsi dan investasi) resilience dan tetap terjaga."
Ia memberi contoh, meskipun pertumbuhan ekspor negatif, tetapi jika konsumsi dalam negeri dan investasi dapat tumbuh di atas 5%, maka ekonomi Indonesia akan tetap tumbuh di atas 5%.
Oleh karena itu, bebernya, pemerintah saat ini fokus untuk memperkuat industri dalam negeri. Jika industri dalam negeri sehat dan menarik, diharapkan hal ini akan mendorong bergairahnya perekonomian Indonesia (konsumsi dalam negeri) dan menarik investasi lebih banyak ke Tanah Air.
"Inilah yang sekarang menjadi fokus kita pada saat faktor eksternal sangat lemah, maka kita harus memastikan konsumsi dan investasi positif dan terjaga pada 5% atau di atas 5%," pungkas Sri.
Di sisi lain, sebagaimana ramai diberitakan, ekonomi Indonesia tahun ini diperkirakan hanya bisa tumbuh sebesar 5%. Bahkan, pada kuartal III ini, ekonomi RI diramal mentok di angka 4,9%.
Baca Juga: IMF: Ekonomi Global Sudah Sakit 10 Tahun Terakhir
Prediksi ini dikeluarkan oleh Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Universitas Indonesia (LPEM UI).
Dalam paparan Indonesia Economic Outlook 2020, Senin (4/11/2019), Kepala Kajian Makro LPEM UI, Febrio Kacaribu berkata, "Kami memperkirakan PDB akan tumbuh lebih lambat pada 4,9% untuk kuartal III 2019. Kami merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi untuk 2019 menjadi 5-5,1%."
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rosmayanti
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: