Tidak hanya traktor perahu dan drone, Fadjri juga mengungkapkan ada teknologi mikroorganisme sebagai pemberat pada gabah yang ditebar sehingga pada saat gabah tersebut masuk ke tanah bisa menyuburkan tanah sehingga daya tumbuhnya lebih baik.
"Selain itu, kita ada teknologi varietas unggul baru. Kita punya Inpara 1 hingga 7. Inpara itu inbrida padi lahan rawa, ini yang banyak berkembang Inpara 4, potensinya bagus bisa sampai enam ton kalau padi biasa 2-3 ton saja," jelas Fadjri.
Di kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, Sarwo Edhy mengungkapkan Indonesia memiliki 34 juta hektare lahan rawa lebak, 10 juta hektare hingga 17 juta hektare di antaranya dapat dijadikan lahan produktif pertanian.
"Tahun 2019 ini, pemerintah membuat semacam proyek percontohan lebih kurang 500.000 hektare yang awalnya terdiri dari tiga provinsi, yakni Kalsel seluas 200.000 hektare, Sumsel 250.000 hektare, dan Sulsel 50.000 hektare," beber Sarwo Edhy.
Namun dalam perkembangannya, Sarwo Edhy mengatakan hasil validasi yang sudah diinventarisir dan dihimpun, Sumsel hanya mampu 200.000 hektare, Kalsel 120.000 hektare, dan Sulsel 333.200 hektare, sehingga kekurangannya itu ditawarkan ke provinsi lain.
"Sulteng siap 25.000 ha kemudian lampung 25.600 ha jadi semua tetap lebih kurang 500.000 ha sebagai pilot project percontohan untuk tahun 2019 ini," rinci Sarwo Edhy.
Sarwo menambahkan sentuhan teknologi lahan rawa mampu meningkatkan indeks pertanaman hingga produktivitas, manfaatnya terasa bahkan hingga pendapatan petani.
"Jadi tujuan optimasi lahan rawa ini yang pertama meningkatkan indeks pertanaman dan yang kedua meningkatkan produktivitas per hektarnya, yang biasa panen satu kali sekarang dua kali, yang provitas per hektarenya hanya dua ton sekarang bisa di atas lima ton. Artinya, dari sisi penghasilan bisa naik dua kali, dari sisi pertanaman juga bisa dua kali, jadi untungnya berlipat-lipat," terangnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Cahyo Prayogo
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait: