Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto menegaskan bahwa pihaknya menjunjung tinggi independensi dalam pengumpulan dan penyajian data. Sama seperti NKRI, independensi bagi BPS adalah harga mati.
Sebagaimana ramai diributkan di berbagai media, BPS dituding memanipulasi data pertumbuhan ekonomi Indonesia. Capital Economics menyangsikan keakuratan data tersebut. Menurut lembaga riset yang berbasis di London itu, laju pertumbuhan ekonomi RI harusnya lebih lambat dari angka 5,02%.
"BPS berada di bawah langsung Presiden, tapi BPS di negara mana pun harus independen. Tidak boleh ada pemihakan di sana. Jadi, angka yang dikeluarkan BPS harus betul-betul mencerminkan apa yang ada di lapangan, beritanya baik atau buruk harus disampaikan," kata dia membuka kegiatan Workshop Peningkatan Wawasan Statistik kepada Media di Hotel Le Meridien, Kamis (7/11/2019).
Baca Juga: Ekonomi Tumbuh 5,02%, Jokowi Cuma Bilang Syukuri
Kecuk, sapaan akrab pria ini, kembali menekankan terkait keakuratan data yang dikeluarkan lembaga yang dipimpinya. Ada sejumlah pihak turut mengawasi kerja BPS secara ketat, utamanya usai merilis data setiap bulan.
"Ada Forum Masyarakat Statistik (FMS). Ini yang menjaga BPS dengan ketat yang dibentuk oleh Bappenas. Mereka akan mengecek data BPS kalau ada permasalahan, kami ditanya pertanggungjawabannya," bebernya.
Ada pula lembaga internasional, International Monetary Fund (IMF) yang mengunjungi BPS untuk mengecek semua angka yang dikeluarkan BPS.
"IMF juga datang ke BPS secara rutin, minimal setahun sekali untuk mengecek angka-angka PDB, angka-angka neraca perdagangan, angka inflasi, dan sebagainya," tandasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rosmayanti
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: