Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Geger BPS Manipulasi Data, Suhariyanto Keluarkan Pembelaan

Geger BPS Manipulasi Data, Suhariyanto Keluarkan Pembelaan Kapal tunda ('tug boat') mendorong kapal barang pembawa peti kemas untuk bersandar di Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang, Jawa Tengah, Senin (26/2). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia sepanjang Januari 2018 mengalami defisit sebesar 670 juta dolar AS dengan jumlah ekspor mencapai 14,46 miliar dolar AS dan impor mencapai 15,13 miliar dolar AS. | Kredit Foto: Antara/Aditya Pradana Putra
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto menegaskan bahwa pihaknya menjunjung tinggi independensi dalam pengumpulan dan penyajian data. Sama seperti NKRI, independensi bagi BPS adalah harga mati.

Sebagaimana ramai diributkan di berbagai media, BPS dituding memanipulasi data pertumbuhan ekonomi Indonesia. Capital Economics menyangsikan keakuratan data tersebut. Menurut lembaga riset yang berbasis di London itu, laju pertumbuhan ekonomi RI harusnya lebih lambat dari angka 5,02%.

"BPS berada di bawah langsung Presiden, tapi BPS di negara mana pun harus independen. Tidak boleh ada pemihakan di sana. Jadi, angka yang dikeluarkan BPS harus betul-betul mencerminkan apa yang ada di lapangan, beritanya baik atau buruk harus disampaikan," kata dia membuka kegiatan Workshop Peningkatan Wawasan Statistik kepada Media di Hotel Le Meridien, Kamis (7/11/2019).

Baca Juga: Ekonomi Tumbuh 5,02%, Jokowi Cuma Bilang Syukuri

Kecuk, sapaan akrab pria ini, kembali menekankan terkait keakuratan data yang dikeluarkan lembaga yang dipimpinya. Ada sejumlah pihak turut mengawasi kerja BPS secara ketat, utamanya usai merilis data setiap bulan.

"Ada Forum Masyarakat Statistik (FMS). Ini yang menjaga BPS dengan ketat yang dibentuk oleh Bappenas. Mereka akan mengecek data BPS kalau ada permasalahan, kami ditanya pertanggungjawabannya," bebernya.

Ada pula lembaga internasional, International Monetary Fund (IMF) yang mengunjungi BPS untuk mengecek semua angka yang dikeluarkan BPS.

"IMF juga datang ke BPS secara rutin, minimal setahun sekali untuk mengecek angka-angka PDB, angka-angka neraca perdagangan, angka inflasi, dan sebagainya," tandasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rosmayanti
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: