Polisi Tuduh Demonstran Bawa Hong Kong ke Ambang Kehancuran
"Yang terjadi adalah polisi datang. Ada perkelahian. Orang-orang ditangkap. Lalu besok dimulai dari awal lagi...Tidak ada akhir," ujarnya, seperti dikutip The Guardian.
Pada hari Selasa, pemimpin Hong Kong Carrie Lam menyebut para pengunjuk rasa "sangat egois" karena melumpuhkan kota. Pada hari Senin, dia mengatakan para demonstran adalah musuh rakyat. Dia mengecam "pemikiran khayalan" bahwa taktik mereka yang meningkat akan mendorong pemerintah untuk menyetujui tuntutan mereka. Tetapi para pengunjuk rasa mengatakan pemerintah telah menolak untuk mendengarkan publik, yang sebagian besar telah mendukung para pengunjuk rasa. Salah satu tuntutan demonstran adalah penyelidikan independen terhadap perilaku polisi serta pelaksanaan pemilu universal.
Krisis politik telah memasuki fase baru sejak kematian seorang demonstran pada hari Jumat yang jatuh dari tempat parkir, itu merupakan kematian pertama yang terkait dengan tindakan polisi. Para pengamat khawatir kekerasan baru-baru ini akan mendorong kedua belah pihak untuk menggali konflik lebih dalam. Dalam konferensi pers, polisi mengatakan bahwa hampir 50 daerah di seluruh kota telah dipengaruhi oleh protes selama dua hari terakhir. Polisi menyalahkan pengunjuk rasa karena mendorong Hong Kong ke "jurang kehancuran total".
Baca Juga: AS Desak Polisi dan Sipil Redam Situasi di Hong Kong
"Jika ada yang masih menemukan alasan untuk kekerasan perusuh, kami sarankan mereka melakukan pencarian jiwa," kata Kong Wing-cheung, juru bicara polisi Hong Kong. “Anda memang kaki tangan," ujarnya.
"Jika ada orang yang memiliki angan-angan bahwa mereka dapat mencapai apa yang disebut tuntutan politik dengan kekerasan, tolong bangun," lanjut dia. "Masyarakat kita telah didorong ke ambang kehancuran total."
Pada hari Selasa, pemerintah Amerika Serikat menyatakan keprihatinan serius atas situasi di Hong Kong dan menyerukan agar polisi dan pemerintah serta para pengunjuk rasa menahan diri. Beijing, yang memiliki otoritas atas Hong Kong sebagai bagian dari kerangka kerja "satu negara, dua sistem" yang didirikan ketika bekas koloni Inggris itu diserahkan kepada kontrol China, telah mengisyaratkan sedikit keinginan untuk berkompromi. Pada hari Selasa, tabloid Global Times yang dikelola pemerintah China menggambarkan para pengunjuk rasa di Hong Kong sebagai "tidak berbeda dari teroris seperti ISIS". Dalam editorialnya, media itu menekankan kesiapan Tentara Pembebasan Rakyat dan polisi China untuk memperkuat pasukan keamanan Hong Kong saat dibutuhkan.
"Di belakang Anda bukan hanya orang-orang Hong Kong dan seluruh negara yang mencintai Hong Kong, tetapi juga pasukan polisi bersenjata nasional dan pasukan yang ditempatkan di Hong Kong," bunyi editorial tabloid tersebut.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Shelma Rachmahyanti
Tag Terkait: