Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat (PAUD-Dikmas) Kemendikbud RI Harris Iskandar mengatakan, hanya tinggal 1,93 persen masyarakat Indonesia masih buta huruf. Pada dasarnya, umur 15- 59 tahun persentase buta huruf sudah semakin sedikit. Untuk itu, Hari Aksara Internasional diperingati untuk memberantas buta huruf.
"Maka semua elemen bersepakat melakukan startegi dalam pemberantasan buta huruf," katanya kepada wartawan saat menghadiri Acara Puncak Peringatan Hari Aksara Internasional Tingkat Provinsi Jawa Barat Tahun 2019 di Halaman Pendopo, Kab. Garut, Kamis (14/11/2019).
Meski begitu, dalam Sustainable Development Goals atau SDG’s, buta huruf harus diberantas pada 2030. Hal itu dilakukan untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045. "Mudah- mudahan 2030 sudah mendekati ke nol," imbuhnya.
Baca Juga: Pegadaian Bersinergi dengan 27 Perusahaan dan 13 Instansi Pendidikan di Jateng
Baca Juga: Perkembangan Teknologi Makin Canggih, Jokowi Minta Nadiem Rombak Besar-Besaran Kurikulum Pendidikan
Adapun, Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum mengatakan, Hari Aksara Internasional atau International Literacy Day menjadi momentum untuk mengingatkan masyarakat soal pentingnya membaca dan mendorong sejumlah pihak guna memberantas buta huruf.
“Hari aksara mengingatkan kembali masyarakat agar melek huruf dan gemar membaca, membaca, dan membaca,” kata Uu.
Menurut Uu, Pemerintah Daerah (Pemda) Provinsi Jabar terus berupaya meningkatkan minat membaca masyarakat. Salah satunya dengan menghadirkan Kolecer (Kota Literasi Cerdas) dan Candil (Maca Dina Digital Library).
Kolecer sendiri sudah disebarkan ke-27 Kabupaten/Kota. Melalui inovasi, Kolecer bisa ditempatkan di mana saja. Kalau di desa, Kolecer bisa ditempatkan di Balai Desa. Sedangkan, di perkotaan, Kolecer bisa hadir di trotoar atau taman.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rahmat Saepulloh
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait: