Berada di Ambang Kekacauan, Putin: Bolivia Agak Mirip Libya
Presiden Rusia, Vladimir Putin mengatakan, Bolivia berada di ambang kekacauan. Menurutnya, kondisi negara Amerika Latin itu agak mirip dengan Libya. Orang nomor satu Rusia itu mengkhawatirkan kekosongan kekuasaan di Bolivia setelah Evo Morales mengundurkan diri sebagai presiden di bawah tekanan militer hari Minggu lalu. Berbicara kepada wartawan di Brasilia pada pertemuan puncak BRICS pada hari Kamis, Putin berharap bahwa siapa pun yang berkuasa di Bolivia akan terus bekerja sama dengan Moskow.
"Ada situasi di mana tidak ada kepemimpinan di negara ini...anarki. Itu agak mirip Libya," kata Putin, seperti dikutip dari Russia Today, Jumat (15/11/2019).
Baca Juga: Eks Presiden Bolivia Kecam Pengakuan AS Terkait Pemerintahan Baru
Sekadar diketahui, pemimpin Libya Muammar Gaddafi disiksa dan dibunuh oleh pemberontak yang didukung Barat pada tahun 2011. Dia lengser setelah negaranya diinvasi NATO yang dipimpin Amerika Serikat (AS). Setelah kematiannya, negara terkaya di Afrika ini berubah jadi kacau dan hancur. Cadangan minyak yang besar di negara itu sekarang diperebutkan oleh berbagai faksi militer.
"Meskipun tidak ada invasi bersenjata langsung dari luar, negara ini (Bolivia) sebenarnya berada di ambang kekacauan," katanya lagi. "Semuanya berubah dengan cepat di Amerika Latin. Mari kita berharap bahwa akal sehat akan menang."
Moskow memiliki kepentingan komersial di Bolivia di mana badan nuklir negara Rusia, Rosatom, membangun pusat nuklir. Morales mengunjungi Moskow untuk mengadakan pembicaraan dengan Putin pada Juni lalu. Dalam pertemuan itu disepakati bahwa bidang gas dan lithium Bolivia menjadi area untuk kerja sama.
Sebelumnya pada hari Kamis, Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov mengatakan Moskow siap untuk bekerja dengan pemimpin sementara Bolivia, Jeanine Anez. Namun, Ryabkov menekankan bahwa Anez berkuasa tanpa memiliki kuorum penuh di parlemen. Anez, yang merupakan wakil presiden Senat Bolivia, ditunjuk sebagai pemimpin sementara Bolivia pada hari Selasa setelah Morales mengundurkan diri.
Morales menyebut pengunduran dirinya di bawah tekanan seperti kudeta yang direncanakan. Kementerian Luar Negeri Rusia minggu ini menuduh oposisi Bolivia melepaskan kekerasan yang mencegah Morales menyelesaikan mandatnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Shelma Rachmahyanti
Tag Terkait: