Jakarta Bak Kampung! Semewah Apa Kota Shanghai Sebenarnya?
Jakarta belum lama ini dibandingkan dengan kota besar di pantai timur Republik Rakyat China, Shanghai. Ibu Kota Indonesia tersebut dikatakan terlihat seperti kampung oleh Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian.
Melansir dari publikasi pemerintah Shanghai satu tahun silam, Shanghai merupakan pusat ekonomi terbesar di China. Kota yang sering disebut "Paris dari Timur" itu merupakan kota pelopor yang membuka diri terhadap ekonomi bebas di sana.
Baca Juga: Bilang Jakarta Cuma Kampung, Anies Langsung Respons Tito, Jleb Banget!
Total penduduk yang menempati Shanghai dapat dikatakan menengah pada 2017 lalu. Ada 24 juta jiwa yang tinggal di sana dengan kepadatan sebesar, 3.650,50 per km persegi. Sedangkan di Jakarta, kepadatan penduduknya cukup tinggi pada 2015, yakni 15.366,87 per km persegi dengan total 10.467.629 jiwa menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS).
Luas kota Shanghai sebesar 6.340,5 km persegi. Dengan angka tersebut, jika dibandingkan dengan Jakarta, tentu sangatlah jauh berbeda. Pasalnya, Jakarta hanya memiliki luas 662,33 km saja.
Melihat dari tangkapan gambar yang dimuat melalui akun Instagram @shanghai.explore, memang tampak kemewahan yang tersorot. Gemerlap lampu dan berbagai gedung tinggi menghiasi kota Shanghai yang disebut Tito sudah lebih maju ketimbang Jakarta.
Baca Juga: Anies Kena Sentil Tito, Katanya Jakarta Kayak Kampung dibanding . . .
Untuk lebih jelasnya, Warta Ekonomi telah merangkumnya (28/11/2019):
1. Penampakan Shanghai di Malam Hari
View this post on Instagram
2. Pemandangan Shanghai Bay
View this post on Instagram
3. Jalanan di Kota Shanghai
View this post on Instagram
4. Luasnya Yuyan Garden
View this post on Instagram
5. Menara Jinmao Shanghai
View this post on Instagram
6. Salah Satu Public Art di Shanghai
View this post on Instagram
7. Wow! Pearl Tower di Malam Hari, Indah Ya!
View this post on Instagram
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Clara Aprilia Sukandar
Editor: Clara Aprilia Sukandar