Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

KBRI Den Haag Bahas Ibu Kota Baru Bersama Diaspora dan Pakar

KBRI Den Haag Bahas Ibu Kota Baru Bersama Diaspora dan Pakar Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pembahasan tentang pemindahan ibu kota baru tak hanya dilakukan di dalam negeri. Kedutaan Besar RI di Den Haag Belanda juga mengadakan focus group discussion (FGD) untuk mengupas IKN, Selasa (03/12/2019). Diaspora Indonesia dan ahli-ahli dari Belanda diundang.

"Kita berharap berbagai masukan terkait rencana pemindahan Ibu Kota Negara Indonesia jadi pertimbangan pemerintah pusat. Apalagi, mengingat banyaknya pengalaman dan juga expertise di Belanda termasuk diaspora, di bidang isu tata kota, smart and sustainable city," ujar Dubes I Gusti Agung Wesaka Puja, seperti dikutip Rakyat Merdeka, Rabu (4/12).    

Baca Juga: Ibu Kota Baru Bakal Diurus Manajer Kota

Dubes menambahkan, Indonesia memiliki potensi kerja sama, termasuk investasi pengembangan tata kota di wilayah Ibu Kota Negara baru dengan pengusaha Belanda di berbagai bidang pembangunan infrastruktur.

Indonesia dinilai perlu belajar banyak dari negara-negara yang memiliki pengalaman memindahkan ibu kota termasuk Belanda. Peserta diskusi meminta agar IKN yang baru didukung oleh fasilitas yang ramah lingkungan dan ramah bagi kaum difabel. Peserta juga meminta agar pemerintah mempertimbangkan pandangan masyarakat Dayak yang merupakan salah satu suku asli di Kalimantan Timur.

Narasumber dalam diskusi tersebut datang dari Belanda dan Indonesia. Ada juga yang memberikan pemaparan lewat sambungan Skype. FGD dihadiri lebih dari 60 peserta yang mengikuti sejumlah paparan yang mengupas berbagai perspektif mengenai rencana pemindahan ibu kota.     

Prof David EF Henley, seorang ahli Indonesia dari Universitas Leiden, mengupas sejarah ibu kota dari masa Hindia Belanda hingga kondisi Jakarta sekarang ini. Dia memberikan gambaran agar pemindahan ibu kota harus disertai pertimbangan matang.

"Perlu juga pemikiran mengenai dampak negatif yang mungkin timbul, dengan belajar dari pengalaman sejumlah negara yang memindahkan ibu kota," ujarnya.    

Perspektif budaya dan keragaman juga menjadi sorotan pembahasan FGD. Emilius Sudirjo dari Forum Intelektual Dayak Nasional menekankan pentingnya perhatian bagi kemajuan masyarakat setempat dan juga untuk mengakomodir budaya-budaya lokal.

"Dengan demikian, Ibu Kota Negara baru akan menjadi rumah bersama baik bagi pendatang maupun warga setempat," katanya.

Arsitek Suryawinata menyampaikan berbagai aspek yang akan menjadi pertimbangan pada penjurian Sayembara Desain Ibu Kota Baru, termasuk pentingnya membangun kota yang inklusif. Ahli Spatial Planning dari Kementerian Dalam Negeri Belanda Marcia van de Vlugt dan Wiwi Tjiook dari IDN Livable Cities menyoroti aspek-aspek penting yang dapat dipelajari dari pengalaman Belanda.

Ketua Satgas Perencanaan Pembangunan Infrastruktur Ibu Kota Negara Kementerian PUPR, Imam Santoso Ernawi, dalam pengantar menyebutkan, pemerintah tidak hanya menyoroti tentang aspek perencanaan kebutuhan lahan. Juga, tentang visi pembangunan IKN yang mengedepankan identitas nasional dan direncanakan akan dibangun sebagai kota yang smart, green, beautiful, dan sustainable.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Lili Lestari
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: