Kementerian Pertanian (Kementan) mengajak semua pihak agar melakukan konservasi lahan untuk mencegah terjadinya erosi tanah dan kerusakan alam. Pencegahan kerusakan bisa dilakukan dengan cara mengoptimalkan drainase dan melakukan rotasi tanam yang mampu mengoptimalkan peresapan air.
"Di pikiran saya, tanah ini sangat luar biasa karena memberikan sumber kehidupan. Kalau begitu, kita harus perlakukan tanah ini sebaik mungkin," ujar Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (5/12/2019).
Baca Juga: Penyakit ASF Mengancam Babi, Kementan Latih Petugas Lapang di NTT
Pernyataan tersebut disampaikan Syahrul saat menghadiri Hari Tanah Sedunia di Balai Besar Sumber Daya Lahan Pertanian (BBSDLP), Cimanggu, Bogor, Jawa Barat, Kamis (5/12). Syahrul juga mengatakan, bersikap abai dan sewenang-wenangan terhadap tanah dan lahan akan menimbulkan banyak kerugian bagi bangsa dan negara. Oleh karena itu, Syahrul mengajak agar semua pihak memperlakukan tanah dan lahan secara baik.
"Sekali lagi, tanah itu akan menghukum kita jika diperlakukan secara sewenang-wenang. Makanya, kita harus bersahabat dengan alam. Kalau lahan gambut menjadi titik api, itu tandanya ada sesuatu dengan alam kita. Ada yang salah dengan perlakuan kita," katanya.
Menurut Syahrul, lahan seperti tanah gambut harus diperlakukan dengan penuh kasih sayang, serta memiliki tujuan pasti untuk kemaslahatan semua orang. Apalagi, Indonesia adalah negara tropis yang memiliki kekayaan alam subur ketimbang negara-negara lain di dunia.
Syahrul berharap, Kementan melalui Badan Litbang terus mengembangkan sistem teknologi canggih yang bisa mengukur perlakuan tanah di Indonesia. Dia ingin, kehadiran teknologi mampu menunjang semua perkembangan teknologi digitalisasi 4.0 untuk pertanian.
"Hari ini kita sudah mulai mendapatkan titik yang jelas terkait pengelolaan lahan dengan teknologi yang dimiliki. Oleh karena itu kita harus memanfaatkan hasil analisis ini dan menjadi pedoman dalam bercocok tanam. Toh, dengan artificial intelligence yang kita miliki, kita bisa melihat kapan gambut terbakar, kapan tanah kita dimanfaatkan, dan berapa banyak kebutuhan lahan kita," katanya.
Mengenai hal ini, Kepala Badan Litbang Pertanian, Fadjri Jufri, menyampaikan bahwa teknologi yang digunakan saat ini sudah memasuki babak baru, dengan hampir semua elemen pertanian sudah menggunakan sistem analisis teknologi.
"Untuk tanah misalnya, kami sudah menggunakan teknologi Smart Soil Sensing Kit yang bisa mengukur berapa unsur hara di dalam tanah dan berapa urea yang dibutuhkan. Ini adalah kekuatan besar yang akan kita sebarkan di tingkat desa dan kecamatan," katanya.
Melalui teknologi ini, kata Jufri, pemerintah juga bisa mengetahui berapa pupuk yang dibutuhkan untuk satu hektaer area sawah. Dengan begitu, pola ini mampu menutup ruang penyalahgunaan pupuk yang selama ini dikhawatirkan banyak pihak.
"Kita tahu berapa pupuk yang dibutuhkan dan berapa alokasi pupuk yang harus disebat. Kita ingin maksimalkan apa yang ada dan meminimalisir penyalahgunaan pupuk," tukasnya.
Sebagai catatan, peringatan hari tanah sedunia tersebut meliputi kegiatan edukasi mengolah tanah yang baik. Edukasi ini diberikan langsung kepada pelajar SD, TK, sampai perguruan tinggi. Selain itu, pemerintah juga me-launching peta gambut Indonesia yang mencapai 13,4 juta hektare.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Puri Mei Setyaningrum