Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Poverty Outlook 2020 Ungkap Lingkaran Kemiskinan, Begini Langkah Memutusnya

Poverty Outlook 2020 Ungkap Lingkaran Kemiskinan, Begini Langkah Memutusnya Kredit Foto: Agus Aryanto
Warta Ekonomi, Jakarta -

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2019 mencapai 25,14 juta jiwa atau sekitar 9,82% dari total penduduk. Jumlah tersebut berkurang 530 ribu jiwa dibandingkan posisi September tahun lalu dan menyusut 805 ribu jiwa dibandingkan posisi Maret tahun lalu.

Beraneka ragam situasi dan kondisi ekonomi yang melanda negeri mendorong Dompet Dhuafa menyelenggarakan diskusi Indonesia Poverty Outlook 2020 pada Senin (9/12/2019) di Auditorium Adhiyana Wisma Antara, Jakarta. Tema yang diangkat yaitu Peta Strategi Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Pertumbuhan Ekonomi (Pro-Poor City Index).

Baca Juga: Tekan Kemiskinan, Menko PMK Minta Calon Pengantin Ikut Pembekalan Pra Nikah

Inisiator dan Ketua Pembina Dompet Dhuafa, Parni Hadi, menyatakan peran Dompet Dhuafa selama 26 tahun berdiri dalam pengentasan kemiskinan. Menurutnya, pengentasan kemiskinan harus berarti pemberdayaan orang miskin (kaum dhuafa). Peran berbagai lapisan masyarakat dalam membantu pemerintah menanggulangi kemiskinan pun perlu dilakukan. "Untuk itu, perlu debirotikrasi, efisiensi, dan kemandirian," ujar Parni Hadi.

Dompet Dhuafa dalam menerapkan kegiatannya melakukan profetik filantropreneur (prophetic philanthropreneur) yang dijabarkan dalam prophetic socio-technopreneurship (wirausaha sosial profetik) untuk memutus lima lingkaran kemiskinan. Salah satunya dengan program dari desa, Demi Desa yang merupakan percikan gagasan untuk memakmurkan desa, tempat bermukim mayoritas orang miskin diĀ  Indonesia (Prawacana Desa Development Index).

Direktur Eksekutif Dompet Dhuafa, Imam Rulyawan, mengungkapkan, lima mata rantau lingkaran kemiskinan itu adalah ekonomi, kesehatan, pendidikan, sosial budaya, dan agama. Kemiskinan memang diukur dari tingkat ekonomi, tapi itu berdampak pada mata rantai lainnya, misalnya orang tidak sehat membuat miskin, pendidikan rendah juga bisa membuat miskin.

"Kemudian kemiskinan sosial budaya dan agama juga memicu tindak kriminalitas dan radikalisme," ungkap Imam.

Untuk memutusnya, menurut Imam, ada dua pendekatan. Pertama melalui kebijakan pemerintah, misalnya bagaimana seorang nelayan bisa lebih produktif dan tidak mengeluarkan biaya tinggi saat mencari ikan. Kedua memberikan bantuan, seperti yang dilakukan Dompet Dhuafa, yang fokus untuk memberdayakan UMKM untuk meningkatkan taraf ekonominya.

"Pintu masuk dari mana saja, tapi tetep intervensi ekonomi," jelas Imam.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Agus Aryanto
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: