Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Trump Desak Jepang Pilih Jet Tempur AS Gantikan Jet F-2

Trump Desak Jepang Pilih Jet Tempur AS Gantikan Jet F-2 Kredit Foto: Reuters.
Warta Ekonomi, London -

Pemerintahan Donald Trump menekan Tokyo untuk memilih jet tempur yang akan dikembangkan perusahaan pertahanan Amerika Serikat (AS) bersama Jepang sebagai pengganti jet tempur F-2-nya yang akan pensiun. Tekanan ini muncul ketika Tokyo mempertimbangkan jet tempur Inggris sebagai alternatif untuk mengurangi ketergantungannya pada senjata Amerika.

F-3 adalah pesawat jet tempur yang disiapkan untuk menggantikan F-2. Tiga pejabat yang mengetahui diskusi tentang program F-3 mengungkapkan kepada Financial Times, Selasa (10/12/2019), perihal tekanan pemerintah Trump tersebut. Media yang berbasis di London itu tidak merinci nama pemerintahan dari tiga pejabat tersebut.

Menurut para sumber itu, pejabat Pentagon telah meningkatkan pembicaraan dengan Jepang di tengah kekhawatiran bahwa perusahaan pertahanan AS akan kalah dari BAE Systems, kontraktor pertahanan Inggris yang mengembangkan pesawat tempur generasi keenam Tempest.

Baca Juga: AS Tolak Pasok F-35, Erdogan: Turki Sedang Produksi Jet Tempur Sendiri

Jet tempur F-2 Jepang akan pensiun sekitar tahun 2035. Tokyo berencana untuk memulai pengembangan jet tempur. Negara Mahahari Terbit ini sudah mempertimbangkan tiga opsi; berkolaborasi dengan BAE Systems; bekerja dengan Lockheed Martin—pembuat jet F-22 dan F-35 AS—, atau opsi ketiga yakni mengembangkan pesawat lokal.

Angkatan udara AS khawatir jika Jepang memilih jet tempur Inggris maka akan menciptakan masalah interoperabilitas. Para pejabat Amerika juga khawatir bahwa memilih jet Inggris akan membuat marah Presiden Donald Trump, sama seperti Washington dan Tokyo terlibat dalam pembicaraan sulit tentang berapa banyak yang harus dibayar untuk mempertahankan aliansi mereka.

Pemerintah AS pernah mengejutkan Jepang pada Juli lalu ketika mengatakan akan meminta kenaikan bayaran empat kali lipat menjadi USD8 miliar ketika kedua negara merundingkan kembali "perjanjian tindakan khusus" yang menentukan kontribusi mereka.

Eric Sayers, seorang ahli Jepang di Beacon Global Strategies—sebuah perusahaan penasihat, mengatakan Jepang akan membuat keputusan soal jet tempur seperti halnya ketegangan "bisa mendidih" karena pembagian biaya.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Shelma Rachmahyanti

Bagikan Artikel: