“Tokyo harus bisa membuat keputusan sendiri tentang opsi mana...untuk mengganti F-2," katanya. "Tapi Presiden Trump memiliki catatan mengambil pendekatan transaksional untuk aliansi dan pemerintah (Perdana Menteri Shinzo) Abe seharusnya tidak berharap dia akan melihat negosiasi 'perjanjian tindakan khusus' dan keputusan pengadaan besar ini sebagai hal terpisah," paparnya.
Trump telah membuat Jepang, dan para pejabat militernya sendiri, gugup dengan mengancam akan menarik pasukan Amerika dari Jepang kecuali Tokyo membayar lebih. Dia juga sering memuji pembelian senjata AS oleh Jepang dalam pertemuannya dengan Perdana Menteri Shinzo Abe.
Menteri Pertahanan Jepang Taro Kono baru-baru ini mengatakan kepada Financial Times bahwa dia terbuka untuk berkolaborasi dengan program jet tempur Eropa seperti Tempest.
Baca Juga: Buat Kesepakatan dengan AS, Singapura Dirikan Detasemen Pelatihan Jet Tempur di Guam
Seorang pejabat senior pertahanan AS menekankan bahwa Jepang harus memandang interoperabilitas sebagai “faktor penting” untuk dipertimbangkan. "Karena pentingnya aliansi dan dinamika keamanan saat ini di kawasan itu, kami jelas akan lebih memilih pekerjaan Jepang dengan AS dalam program jet tempur mereka di masa depan," kata pejabat itu.
"Ada beberapa contoh melakukannya sendiri yang telah memakan waktu terlalu lama, biaya terlalu banyak dan tidak melakukan banyak hal untuk interoperabilitas."
Michael Green, mantan pejabat tinggi Gedung Putih yang memiliki hubungan dekat dengan pemerintahan Abe, mengatakan lobi Pentagon membuahkan hasil setelah Tempest mendapatkan momentum awal.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Shelma Rachmahyanti
Tag Terkait: