Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kedubes Dibakar, Trump Gerah dan Marah-marah

Kedubes Dibakar, Trump Gerah dan Marah-marah Kredit Foto: Antara/Via Reuters/Thaier al-Sudani
Warta Ekonomi, Teheran -

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengancam Iran bahwa rezim para Mullah itu akan membayar mahal atas amuk milisi Irak di Kedutaan AS di Baghdad. Ancaman itu direspons Pemimpin Tertinggi Iran Ayotollah Ali Khamenei yang memicu perang kata-kata di antara mereka.

Kedutaan Besar AS di Baghdad, Irak, diamuk kelompok milisi pro-Iran pada Selasa (31/12/2019). Beberapa bangunan ludes terbakar dan kondisi kompleks kedutaan itu hancur berantakan.

Amuk massa itu sebagai protes atas serangan udara AS terhadap basis-basis kelompok Kataib Hizbullah (KH) pada Jumat pekan lalu yang menewaskan 25 milisi. Serangan itu diklaim Washington sebagai pembalasan atas tewasnya seorang kontraktor sipil Amerika dalam serangan 30 roket di pangkalan militer Irak di dekat Kirkuk.

Baca Juga: Hancur Lebur Dibakar Massa, Begini Penampakan Kedubes AS di Irak

Trump dalam serangkaian tweet marahnya menyalahkan Iran atas apa yang terjadi di kedutaan tersebut."Iran bertanggung jawab penuh atas nyawa yang hilang, atau kerusakan yang terjadi, di salah satu fasilitas kami," bunyi tweet Trump, meski belum ada laporan tentang korban jiwa dalam amuk massa tersebut.

Tak lama kemudian, pemimpin Amerika itu bersikap lunak dengan mengatakan bahwa pihaknya tidak ingin berperang dengan Iran.

Ancaman Trump terhadap Iran memicu Khamenei untuk membalasnya. "Anda tidak bisa melakukan apa-apa," kata Khamenei, yang merujuk Trump atas invasi AS baru-baru ini ke negara-negara yang berbatasan dengan Iran.

"Jika Anda logis —padahal tidak— Anda akan melihat bahwa kejahatan Anda di Irak, Afghanistan ... telah membuat negara-negara itu membenci Anda," lanjut Khamenei, seperti dikutip Russia Today, Kamis (2/1/2019).

Khamenei juga menyinggung serangan militer AS yang menewaskan 25 milisi Kata'ib Hizbullah— milisi Syiah Irak yang merupakan bagian dari Unit Mobilisasi Populer (PMU) pro-Iran pada Jumat pekan lalu.

“Lihatlah apa yang dilakukan AS di Irak dan Suriah. Mereka membalas dendam pada Hashd al-Sha'bi karena mengalahkan ISIS," tulis dia di Twitter, menggunakan istilah Arab untuk PMU.

Baca Juga: Iran Bantah Ada di Balik Serangan Kedubes AS di Baghdad

Serangan udara AS —tanpa persetujuan dari Irak— memicu kemarahan di antara warganya, di mana mereka menyelinap ke Zona Hijau yang dijaga ketat menyerang kompleks Kedutaan Besar AS pada hari Selasa lalu. Banyak dari mereka berteriak "Matilah Amerika!" dan "Runtuhkan AS!" saat berupaya menembus kompleks kedutaan.

Duta Besar AS dan staf senior keduataan dievakusi ke tempat yang aman. Namun, Pentagon dengan cepat mengirim 750 tentara ke Irak untuk memperkuat keamanan di dalam dan di sekitar kantor misi diplomatik tersebut.

Pada hari Rabu pagi, banyak pemrotes yang berkemah semalam di luar gerbang utama, mencoba untuk mendekat lagi dengan melemparkan batu ke gedung kedutaan. Penjaga kedutaan menembakkan gas air mata sebagai tanggapan, yang menyebabkan beberapa orang terluka.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: