Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bendera Merah Dikibarkan, Iran Rupanya Ingin Beri Tahu Dunia Tentang Sejarah Ini

Bendera Merah Dikibarkan, Iran Rupanya Ingin Beri Tahu Dunia Tentang Sejarah Ini Kredit Foto: Defencepoint.com
Warta Ekonomi, Teheran -

Untuk pertama kalinya dalam sejarah Iran, sebuah bendera merah dikibarkan di atas Kubah Suci Masjid Jamkaran, sebuah masjid agung di negara tersebut. Pengibaran bendera ini terjadi di tengah kekhawatiran publik dunia bahwa Amerika Serikat (AS) dan Iran akan perang.

Perseteruan kedua negara memanas setelah komandan Pasukan Quds Iran Jenderal Qassem Soleimani, tewas oleh serangan udara AS di dekat Bandara Internasional Baghdad, Irak, Jumat dini hari pekan lalu. Teheran bersumpah balas dendam, sedangkan Washington mengancam akan membombardir 52 situs di Iran jika Teheran menyerang aset AS.

Pengibaran bendera merah di atas kubah Masjid Jamkaran diiringi bunyi yang memilukan: "Mereka yang ingin membalas darah Hussein." Nama Hussein merujuk pada Imam Hussein, putra Ali bin Abi Thalib atau cucu Nabi Muhammad SAW yang dibunuh dalam tragedi Karbala.

Baca Juga: Berkabung, Puluhan Ribu Orang Datangi Pemakaman Soleimani sambil Teriakkan 'Mati Amerika'

Mengutip laporan Express.co.uk, Senin (6/1/2020), pengibaran bendera merah di atas kubah masjid suci itu melambangkan pertempuran hebat yang akan datang.

Jamkaran adalah masjid yang terkenal di pinggiran kota suci Qom, sekitar 160 kilometer selatan Teheran. Ali Arouzi, jurnalis dari NBC, berkomentar tentang implikasi parah dari bendera yang dikibarkan di atas kubah masjid tersebut.

"Sangat tidak biasa melihat bendera merah berkibar di atas Masjid Suci Jamkaren di Qom, kota tersuci di Iran. (Bendera biasa) itu hampir selalu biru dan bendera merah melambangkan balas dendam," tulis dia di Twitter.

Baca Juga: Potensi Perang Terbuka, Namun Seberapa Kuatkah Militer AS dan Iran? Ini Jawabannya

Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei bersumpah balas dendam atas pembunuhan Soleimani. Janji yang sama juga disampaikan Presiden Hassan Rouhani.

Presiden AS Donald Trump mengatakan pembunuhan Soleimani oleh militer AS seharusnya sudah dilakukan sejak lama. "Kami mengambil tindakan malam terakhir untuk menghentikan perang. Kami tidak mengambil tindakan untuk memulai perang," katanya.

Trump mengaku tak berniat menggilingkan rezim yang berkuasa di Iran. Namun, dia menyatakan dunia menjadi tempat yang lebih aman tanpa "monster" seperti Jenderal Soleimani.

Trump bahkan menyatakan AS siap atas apa pun yang akan dilakukan Iran untuk membalas kematian Soleimani.

"Jika (orang) Amerika di mana saja terancam kita memiliki semua dari mereka target yang sepenuhnya diidentifikasi dan saya siap dan siap untuk mengambil tindakan apapun yang diperlukan, dan khususnya mengacu pada Iran," ujar Trump.

Warga AS di Irak telah didesak untuk meninggalkan negara itu segera setelah serangan udara menewaskan Soleimani.

Profesor Hubungan Internasional di LSE Fawaz Gerges berpendapat bahwa Presiden Trump tidak siap untuk pembalasan Iran.

Sementara di BBC dia menambahkan,"Serangan (yang menewaskan Soleimani) itu bukan keputusan yang bijaksana sama sekali dan dapat menyebabkan eskalasi lebih lanjut di wilayah tersebut."

"Bayangkan sebuah skenario di mana Iran membalas terhadap pasukan Amerika," kata Gerges. "Ada puluhan ribu pasukan Amerika di timur tengah dan lebih banyak lagi akan datang dalam beberapa hari ke depan."

"Anda memiliki pangkalan militer di Kuwait, Qatar, Anda memiliki kapal militer," ujarnya. "Jika Iran membalas terhadap AS dan Amerika membalas, ini bisa menjadi pemicu konflik di seluruh wilayah."

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: