Rudal-rudal Iran Siap Gempur 27 Pangkalan Militer AS di Timur Tengah
Militer Teheran telah mengancam akan menyerang 27 pangkalan militer Amerika Serikat (AS) yang paling dekat dengan perbatasan Iran. Senjata yang akan digunakan untuk mengincar puluhan basis militer itu adalah rudal jarak menengah hingga rudal jarak jauh.
Sekretaris Dewan Keamanan Nasional Iran Ali Shamkhani mengatakan, pangkalan-pangkalan AS yang akan jadi target misil-misil jarak jauh itu bagian dari 13 skenario balas dendam Teheran atas kematian komandan Pasukan Quds, Mayor Jenderal Qassem Soleimani.
Komandan pasukan elite bagian dari Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran itu tewas diserang rudal Hellfire via drone MQ-9 Reaper Amerika di dekat Bandara Internasional Baghdad, Irak, Jumat pekan lalu. Selain Soleimani, serangan udara AS itu juga menewaskan sejumlah milisi Irak pro-Iran.
Baca Juga: Inggris Bilang Perang Antara Iran dan AS Hanya Untungkan Teroris
Shamkhani mengatakan opsi yang paling terbatas dari 13 skenario balas dendam dipastikan akan menjadi "mimpi buruk bersejarah" bagi AS.
"27 pangkalan AS yang paling dekat dengan perbatasan Iran sudah dalam siaga tinggi; mereka tahu bahwa tanggapannya kemungkinan mencakup rudal jarak menengah dan jarak jauh," katanya, seperti dikutip kantor berita Tasnim, yang dilansir The Guardian, Rabu (8/1/2020).
AS Juga Siap
Sementara itu, Menteri Pertahanan AS Mark Esper mengonfirmasi bahwa pasukan AS di kawasan Timur Tengah siap menghadapi serangan balasan Iran. Kendati demikian, kata Esper, AS akan lebih memilih solusi diplomatik.
Baca Juga: SBY Bilang Nasib Dunia Jangan Diserahkan ke AS, Iran, Irak
“Kami siap menghadapi yang terburuk. Kami berharap bahwa kepala dingin di Teheran akan menang dan de-eskalasi situasi," kata Esper kepada CNN.
"Kami tidak mencari (tindakan) untuk memulai perang dengan Iran tetapi kami siap untuk menyelesaikan satu," ujarnya.
"Apa yang ingin kami lihat adalah situasi semakin memburuk dan bagi Teheran agar duduk bersama kami dan memulai diskusi tentang cara yang lebih baik ke depan," ujarnya.
Baca Juga: Iran Siap Bertahan dalam Kesepakatan Nuklir karena Alasan Ini
Sekutu-sekutu AS sudah mulai meninggalkan Baghdad, di mana sejumlah helikopter terbang masuk dan keluar dari distrik diplomatik benteng kota, yang dikenal sebagai Zona Hijau.
Kanada, yang saat ini memimpin misi pelatihan NATO, mengatakan pihaknya menarik sekitar 500 tentaranya. Sebagian besar pasukan NATO yang ditarik dilaporkan menuju Kuwait.
"Kami sementara waktu menangguhkan pelatihan kami di lapangan, dan kami mengambil semua tindakan pencegahan yang diperlukan untuk melindungi orang-orang kami," kata seorang juru bicara NATO.
"Ini termasuk reposisi sementara beberapa personel ke lokasi yang berbeda baik di dalam maupun di luar Irak."
Koalisi pimpinan AS untuk melawan Isis juga memposisikan ulang pasukannya untuk mengurangi kerentanan mereka terhadap serangan Iran. Menteri Pertahanan Inggris Ben Wallace mengatakan bahwa personel yang tidak penting dipindahkan dari Baghdad ke Taji, sekitar 30 km ke utara.
Para pengamat menyatakan bahwa retorika militer yang meningkat di Teheran dapat membuat para pemimpin Iran memilih sedikit pilihan. Namun, opsi untuk melakukan serangan balik berpotensi besar, atau sebaliknya menderita malu yang luar biasa.
Peringatan siaga tinggi telah diberlakukan di beberapa pangkalan AS di Kuwait, Irak, Yordania dan Arab Saudi.
Pengganti Jenderal Soleimani, Mayor Jenderal Hossein Salami, memperingatkan bahwa Iran akan "membakar" tempat-tempat yang disukai orang Amerika. "Kami akan membalas dendam, balas dendam yang akan keras, kuat, tegas, tuntas dan akan membuat mereka menyesal," ujarnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: