Usai Mancing Perang Iran, Trump Jadikan Jenderal Soleimani Bahan Kampanye
Presiden Donald Trump pada Kamis (9/1/2020) menjadikan pembunuhan Jenderal Iran Qassem Soleimani sebagai tema kampanyenya untuk terpilih kembali sebagai presiden Amerika Serikat (AS). Trump mengundang sorakan dari ribuan orang yang hadir ketika ia mengatakan bahwa kematian Soleimani menyelamatkan banyak nyawa dan mengantarkan "keadilan bagi Amerika."
Selama kampanye di Toledo, Ohio, Trump dalam pidatonya sebagian besar membicarakan pembelaannya atas perintah yang ia keluarkan untuk membunuh Soleimani. Trump menolak kritik dari kalangan Partai Demokrat.
Baca Juga: Lewat Voting, DPR AS Sepakat Cabut Wewenang Trump Gelar Perang Lawan Iran
Demokrat menganggap Trump melampaui batas dengan memerintahkan militer AS untuk melakukan serangan pesawat nirawak terhadap komandan pasukan militer Quds Iran itu di bandara Baghdad, Irak, satu pekan lalu.
Ia menuduh Soleimani mengatur aksi unjuk rasa dengan kekerasan oleh kelompok-kelompok dukungan Iran di Kedutaan Besar AS di Baghdad awal Januari.
Trump, yang kerap menyuarakan keras dukungannya bagi militer AS, mengatakan kalau dia tidak mengirimkan pasukan AS untuk melindungi kedutaan, para demonstran kemungkinan akan bisa merangsek masuk dan membunuh orang-orang AS atau menyandera mereka.
Jika terjadi, kejadian itu akan menjadi peristiwa berulang saat massa pada 2011 menyerbu fasilitas diplomatik AS di Benghazi, Libya, yang menewaskan duta besar AS.
Penampilan Trump di arena di Toledo itu merupakan kampanye pertamanya dalam tahun pemilihan 2020 ini, yang menunjukkan betapa penting negara bagian itu untuk membantunya menang kembali pada pemilihan presiden November mendatang.
Baca Juga: Kim Jong-un Ultah, Trump Kirim Ucapan Selamat
Trump pada 2016 menang di Ohio dengan poin delapan persen. Trump membalikkan kemenangan yang sebelumnya dicapai oleh Barack Obama dari Demokrat baik pada 2008 maupun 2012.
Trump dan para penasihat utamanya mengatakan Soleimani merupakan otak di balik serangan terhadap target-target Amerika di Timur Tengah. Tuduhan itu mengundang kritik dari berbagai kalangan karena tidak disertai dengan keterangan lebih rinci.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: