Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengatakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump adalah badut. Menurutnya, Trump berpura-pura mendukung rakyat Iran tapi akan 'menusukkan belati beracun' ke punggung mereka.
Pernyataan keras ini Khamenei sampaikan dalam khotbah Jumat di Teheran. Ini menjadi khotbah pertamanya setelah delapan tahun. Khamenei mengatakan besarnya jumlah orang yang melawat dalam pemakaman komandan militer Jenderal Qasem Soleimani menunjukkan dukungan rakyat Iran terhadap pemerintah. Soleimani tewas terbunuh dalam serangan udara AS.
Ia mengatakan pembunuhan 'pengecut' Soleimani telah melenyapkan komandan paling efektif yang memerangi ISIS. Serangan itu memicu Iran menggelar serangan balasan dengan menembakan rudal ke pangkalan militer di Irak yang menampung pasukan AS. Tapi tidak ada satu yang tewas atau terluka dalam serangan tersebut.
Baca Juga: Ali Khamenei: Dukungan Ilahi Beri Kekuatan Iran 'Tampar Wajah' AS
Khamenei mengatakan serangan itu telah 'meledakkan citra Amerika' sebagai negara super power. Dalam khotbah Jumat (17/1) yang disampaikan dalam bahasa Arab itu, ia mengatakan 'hukuman sebenarnya' adalah memaksa AS menarik pasukan mereka dari Timur Tengah.
Garda Revolusi Iran salah mengira serangan balasan dari AS. Mereka menembak jatuh pesawat penumpang sipil Ukraina yang menewaskan 176 orang yang ada dalam pesawat tersebut.
Pihak berwenang Iran membantah peran mereka dalam tragedi itu selama tiga hari. Awalnya mereka mengatakan kecelakan tersebut karena kerusakan teknis. Namun, akhirnya mereka mengakui penembakan itu hingga akhirnya memicu unjuk rasa besar-besaran. Pasukan keamanan Iran membubarkan protes tersebut dengan peluru tajam.
Khamenei mengatakan penembakan pesawat itu 'insiden pahit' yang menyedihkan bagi Iran tapi musuh-musuhnya senang. Ia mengatakan musuh-musuh Iran memanfaatkan kecelakaan itu untuk mempertanyakan Republik Islam Iran, Garda Revolusi, dan angkatan bersenjata.
Dalam khotbahnya ia juga menyerang negara-negara Barat. Ia mengatakan mereka terlalu lemah untuk 'membuat rakyat Iran bertekuk lutut'. Khamenei menyerang Inggris, Prancis, dan Jerman yang menggunakan mekanisme perselisihan Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) dan berusaha menarik kembali Iran ke kesepakatan nuklir 2015 itu. Ia mengatakan pemerintahan tiga negara itu 'hina' dan pelayan Amerika Serikat.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Shelma Rachmahyanti
Tag Terkait: