Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menyatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang rendah bukan berasal dari gejolak ekonomi global, namun akibat dari turunnya daya beli masyarakat atau konsumsi rumah tangga.
Tercatat ekonomi kuartal IV tahun lalu tumbuh melambat sebesar 4,97 persen (yoy) dibandingkan dengan triwulan-triwulan sebelumnya. Secara keseluruhan, perekonomian Indonesia 2019 hanya tumbuh 5,02 persen, lebih rendah dari target APBN 2019 sebesar 5,3 persen.
"Jangan sedikit-sedikit pemerintah salahkan global," kata Wakil Direktur Indef Eko Listiyanto dalam sebuah diskusi di Jakarta, Kamis (6/2/2020).
Baca Juga: Ekonomi Tersungkur di Bawah 5%, Indef: RI Kebanyakan Masalah
Dia menuturkan, selama ini keterbukaan ekonomi nasional terhadap ekonomi global relatif terbatas. Porsi ekspor barang dan jasa pun tidak lebih dari 20 persen dari produk domestik bruto (PDB).
Selain itu, investasi asing langsung atau foreign direct investment (FDI) baru setiap tahunnya juga tidak cukup tinggi, hanya 2,65 persen terhadap PDB pada 2019. Sedangkan porsi penanaman modal asing (PMA) baru setiap tahunnya terhadap keseluruhan investasi tidak lebih dari 10 persen.
"Kita enggak banyak terbuka dari asing, jadi kalau narasinya global sebabkan ekonomi melambat, mungkin (pemerintah) kesulitan cari analisis lain," jelasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Rosmayanti