Upaya untuk budayakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) terus dilakukan. Tujuannya, untuk menekan angka kecelakaan dalam baik itu di sektor formal maupun non formal.
Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jatim, Himawan Estu Bagijo mengatakan, budaya K3 tidak hanya mendapatkan dukungan dari perusahaan saja melainkan dari sebuah pihak, sehingga diharapkan bisa menerapakan budaya K3 ini.
“Untuk itu, kami melakukan untuk bermufakat dan bicara bersama untuk merumuskan sebuah format dalam rangka membangun kesadaran K3 bersama para stakeholder, sehingga diharapkan para pekerja non formalpun mendapatkan perlindungan K3,” tegas Himawan disela acara Fokus Grup Discussion (FGD) bertajuk 'Kinerja Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada sektor Non Formal di Jatim' di Hotel Grand Inna Simpang, Surabaya, Rabu (5/2/2020) kemarin.
Baca Juga: Budaya K3 Mampu Tekan Angka Kecelekaan Kerja
Sementara Panitia penyelenggara FGD DK3P Jatim, Edi Priyanto mengatakan, edukasi juga perlu dilakukan kepada para pelaku usaha dan UMKM dengan melibatkan multi stakeholder agar dapat tercapat tepat sasaran. Pendataan terhadap data kasus kecelakaan dan penyakit akibat kerja perlu tetap dilakukan untuk mengetahui tingkat kejadian dan pemetaan risiko pada masing-masing daerah baik Kabupaten maupun Kota.
"Keterlibatan masyarakat dalam pembudayaan dan kesadaran akan pentingnya Keselamatan dan Kesehatan juga tak luput dari perhatian, idealnya para pengurus RT maupun RW mestinya ikut peduli terhadap perilaku dan kondisi berbahaya yang berada dilingkungannya agar dapat dicegah sehingga tidak sampai menimbulkan kejadian kecelakaan maupun sakit,” kata Edi juga menjabat Anggota Komisi DK3P Jatim ini.
Ia mencontohkan, Kampung Edukasi Sampah yang berada Kelurahan Sekardangan, Sidoarjo misalkan, kini sudah menerapkan budaya K3. Hal ini, kata Edi menjadi percontohan bagi masyarakat perkampungan lainnya untuk menerapkan budaya K3 dan memberi edukasi secara luas tentang keselamatan kerja maupun bahaya-bahaya lain yang bisa mengancam nyawa.
“Perlu peran dan dukungan semua pihak, untuk melakukan upaya pencegahan/preventif guna meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja," singkat Edi saat dikonfermasi Warta Ekonomi di Surabaya, Kamis (6/2/2020).
Masih kata Edi, selama ini yang menjadi perhatian dalam penerapan K3 adalah hanya pada pekerjaan formal saja seperti pada industri dan perusahaan, sedangkan aktifitas non formal seperti aktifitas keseharian yag dilakukan oleh warga dalam masyarakat banyak luput dari perhatian bersama.
“Nah dengan adanya FGD K3 ini kita berharap budaya K3 perlu dilestarikan sehingga mampu menekan angka kecelakaan dalam bekerja baik dari formal maupun non formal,” pungkas Edi
Terpisah moderator FGD, Erwin Dyah Nawawinetu menyebutkan, bahwa dengan kegiatan tersebut diharapkan dapat mengetahui kinerja K3 di Provinsi Jatim yang sebenarnya, demikian juga pada akhirnya akan mendapatkan usulan, saran serta masukan yang konstruktif tentang implementasi K3 di Jatim.
Perlu diketahui, FGD bertajuk “Kinerja Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada sektor Non Formal di Jatim diikuti sedikitnya 60 peserta yang berasal dari berbagai instansi pemerintahan seperti: Dinas Tenaga Kerja, Dinas Kesehatan, Dinas Koperasi dan UMKM, Dinas Perhubungan. Juga hadir para akademisi dari berbagai perguruan tinggi yakni, Universitas Airlangga, Universitas NU Surabaya, Universitas Jember, Universitas Darussalam Gontor, Politeknik Perkapalan Surabaya (PPNS), Serikat Buruh/Pekerja,Praktisi K3 dari berbagai perusahaan, Asosiasi/Organisasi K3 serta para pelaku usaha UMKM.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Mochamad Ali Topan
Editor: Vicky Fadil