Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pasukan Koalisi Terus Gempur Idlib hingga Seperti Kota Terlantar

Pasukan Koalisi Terus Gempur Idlib hingga Seperti Kota Terlantar Kredit Foto: AP Photo/Syrian Civil Defense White Helmets
Warta Ekonomi, Idlib -

Situasi di Provinsi Idlib, Suriah, masih mencekam. Pasukan pemerintah, dibantu tentara Rusia dan milisi Iran, terus merangsek serta berusaha merebut wilayah tersebut dari kelompok oposisi bersenjata. Warga sipil pun terjebak.

Obadai Dandoush yang bekerja untuk Syrian Relief and Development harus menyaksikan pemandangan yang cukup mengerikan di Idlib.

Baca Juga: Tentaranya Diserang, Erdogan Kirim Ultimatum ke Pasukan Suriah di Idlib

"Situasinya 20 kali lebih buruk daripada tahun lalu. Selama rentang tahun lalu, kami memiliki 1,2 juta orang yang telantar (di barat laut Suriah)," ungkapnya, dikutip laman Al Jazeera, Senin (10/2/2020).

Menurut Dandoush, tak banyak bantuan kemanusiaan yang dapat mencapai Idlib. Hal itu mengancam kehidupan warga di sana. Ia mencemaskan bencana kelaparan seperti di Yaman dapat terjadi di wilayah tersebut.

Seorang pekerja media untuk organisasi kemanusiaan Turki IHH Humanitarian Relief Foundation, Saeed Ezz al-Din, mengungkapkan, terjadi kekurangan bantuan dasar untuk warga Idlib, termasuk makanan, air bersih, obat-obatan, pakaian hangat, bahan bakar, dan tenda. Suhu yang rendah telah menyebabkan sejumlah kematian, termasuk kepada anak- anak.

"Perumahan sementara sangat dibutuhkan karena tidak ada cukup ruang di kamp yang ada untuk menampung pendatang baru," ujar Ezz al-Din.

Dia mengatakan, IHH dan beberapa kelompok kemanusiaan Turki lainnya sedang berusaha membuka kamp-kamp baru yang dapat menampung puluhan ribu orang.

Anggota persatuan dokter di Idlib, Habib Khashouf, membenarkan bahwa banyak pengungsi di sana yang terpaksa tidur di tempat terbuka. Dia mencatat, lebih dari 2.000 keluarga bergerak ke wilayah Jisr al-Shughour di Idlib barat untuk menemukan bantuan makanan atau tempat bernaung.

Sara, seorang ibu berusia 38 tahun, memutuskan meninggalkan Kota Saraqeb yang baru dikuasai militer Suriah. Setelah tiba di Aqrabat, desa di perbatasan Suriah-Turki yang dikelilingi kamp pengungsi, Sara tetap tak menemukan tempat berlindung.

"Saya hanya menggelar beberapa tikar di atas lumpur di bawah pohon dan di sanalah tempat saya tidur," ucapnya.

Sara cukup beruntung karena bertemu keluarga saudara perempuannya di sana. Saat ini dia tinggal di ruangan dengan dua kamar yang dihuni 20 orang. Sara dan keluarganya harus membayar uang sewa sebesar 160 ribu lira atau sekitar Rp 2 juta per bulan.

Sara mengaku tak melihat organisasi lokal atau internasional yang mendistribusikan bantuan di daerah tersebut. Oleh sebab itu, dia dan keluarganya harus berjuang untuk menafkahi diri mereka sendiri.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: