Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pasukan Koalisi Terus Gempur Idlib hingga Seperti Kota Terlantar

Pasukan Koalisi Terus Gempur Idlib hingga Seperti Kota Terlantar Kredit Foto: AP Photo/Syrian Civil Defense White Helmets

Melonjaknya inflasi lira Suriah dan pertempuran yang masih berlangsung telah mengakibatkan semua harga kebutuhan pokok melejit. Untuk membeli tabung gas, misalnya, Sara dan keluarganya harus mengeluarkan uang 13.
500 lira.

Karena harganya selangit, mereka pun memutuskan memasak menggunakan kayu bakar. Air bersih sulit ditemukan. Sementara itu, sayur dan buah-buahan hanya impian belaka.

Baca Juga: Serangan Kian Mengkhawatirkan, PBB Sebut Tak Ada Lagi Tempat Aman di Idlib

"Saya terus berjalan hanya demi anak-anak saya. Situasinya sangat buruk. Ini seperti hari kiamat," ujar Sara.

Sejak Desember tahun lalu, pasukan Suriah dibantu Rusia terus menggempur Idlib. Provinsi itu merupakan wilayah terakhir yang masih dikuasai kelompok oposisi bersenjata.

Menurut PBB, lebih dari 300 warga sipil tewas selama pasukan Suriah dan Rusia melancarkan serangan ke Idlib. Sementara itu, sekitar 600 ribu lainnya kehilangan tempat tinggal.

Pertempuran di Idlib tak hanya melibatkan pasukan Pemerintah Suriah dan kelompok oposisi bersenjata tetapi juga Turki. Ankara diketahui mendukung kelompok pemberontak yang pernah bertujuan menggulingkan pemerin tahan Presiden Suriah Bashar al-Assad.

Turki memiliki 12 pos pengamatan militer di Idlib. Pihaknya menyebut tiga pos terdepan, yang seluruhnya terletak di tenggara Idlib, telah dikepung tentara Suriah. Turki mengancam akan merespons aksi pasukan Suriah jika pos- pos pengamatan militernya diserang.

Pos-pos pengamatan Turki di Idlib didirikan berdasarkan kesepakatan dengan Rusia pada 2018. Tujuannya adalah mencegah terjadinya pertempuran besar yang berpotensi memicu krisis kemanusiaan berikutnya.

Akhir pekan lalu para pejabat Turki dan Rusia bertemu di Ankara untuk mendiskusikan krisis di Idlib. Sementara itu, Iran menyatakan siap membantu Turki dan Suriah menyelesaikan perbedaan pandangan terkait perang yang telah berlangsung selama hampir sembilan tahun di negara tersebut. Hal itu disampaikan pejabat Kementerian Luar Negeri Iran saat bertemu utusan PBB untuk Suriah Geir Pedersen.

Konflik sipil Suriah berlangsung sejak 2011. Lebih dari 380 ribu warga tewas selama peperangan. Pertempuran dalam jangka waktu yang cukup panjang itu juga telah memaksa jutaan warga Suriah mengungsi ke berbagai negara di dunia, terutama Eropa.

Turki merupakan negara yang paling banyak menampung pengungsi Suriah. Tercatat 3,6 juta pengungsi Suriah tinggal di Turki.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: