Menurutnya, hal ini ditandai dengan adanya daya beli masyarakat yanng merosot. “Ini akibat pertumbuhan kredit yang bakal lebih rendah dari 7 persen selama 2020. Dalam kondisi yang sulit ini, sebagian besar uang tersebut tersedot untuk membeli Surat Utang Negata (SUN) yang bunganya lebih tinggi dari bunga deposito,” urainya.
Lebih lanjut, ia mengatakan kondisi ini juga akan diperparah dengan melarnya utang luuar negeri, baik pemerintah dalam hal ini BUMN maupun swasta.
Diketahui, BPS mencatat, total utang luar negeri sampai Januari 2020, mencapai sedikitnya Rp5.076,17 triliun.
“Utang sebesar itu mulai menghadapi masalah karena melemahnya pendapatan negara sebagai akibat ekspor yang menurun dan pemasukan pajak yang tidak mencapai target,” ucapnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil