Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Presiden Palestina 'Ngobrol' dengan Kanselir Jerman Soal Rencana Perdamaian Timur Tengah AS

Presiden Palestina 'Ngobrol' dengan Kanselir Jerman Soal Rencana Perdamaian Timur Tengah AS Presiden Palestina Mahmoud Abbas memberi isyarat saat dia menyampaikan pidato di kota Bethlehem, Tepi Barat, 6 Januari 2016. | Kredit Foto: Reuters/AmmarAwad
Warta Ekonomi, Ramallah, Tepi Barat -

Presiden Palestina Mahmoud Abbas melakukan percakapan via telepon dengan Kanselir Jerman Angela Merkel, Senin (17/2). Mereka membahas tentang rencana perdamaian Timur Tengah yang digagas Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

Pada kesempatan itu, Abbas menerangkan tentang penolakan sejumlah pihak, termasuk Liga Arab, Organisasi Kerja Sama Islam, Uni Afrika, dan Uni Eropa, terkait rencana perdamaian Trump. China, Rusia, dan Jepang juga telah mengutarakan dukungannya terhadap solusi dua negara berdasarkan kerangka acuan internasional.

Kepada Merkel, Abbas memberikan penjelasan terperinci tentang inisiatif alternatif untuk mengganti rencana perdamaian Trump yang dinilai hanya memihak Israel. Inisiatif tersebut telah dipresentasikan di Dewan Keamanan PBB dan disepakati mayoritas negara dunia.

Baca Juga: Rencana Perdamaian Timur Tengah AS Mengarah pada Pertumpahan Darah

Inisiatif itu tak lain membangun mekanisme multilateral internasional untuk menyelesaikan konflik Israel-Palestina. "Dia (Abbas) meminta Jerman bergabung dengan mekanisme ini untuk mensponsori negosiasi berdasarkan legitimasi internasional dan Prakarsa Perdamaian Arab," kata kantor berita Palestina WAFA dalam laporannya.

Merkel mengatakan Jerman akan terus mendukung perdamaian Israel-Palestina berdasarkan visi solusi dua negara. Dia menekankan bahwa negaranya akan melanjutkan perannya untuk mencapai dan mewujudkan hal tersebut.

Rencana perdamaian Timur Tengah yang disusun Trump menuai banyak kritik dan protes. Selain karena tak melibatkan Palestina dalam prosesnya, rencana perdamaian itu pun sangat memihak dan memprioritaskan kepentingan politik Israel.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Shelma Rachmahyanti

Bagikan Artikel: