Pelaku pasar menyambut baik persoalan sengketa saham antara PT BFI Finance Tbk (BFIN) dengan Ongko Group alias PT Aryaputra Teguharta (APT) berakhir dengan jalan damai. Para analis menilai selesainya sengketa saham antara keduanya akan berdampak positif terhadap kinerja perusahaan maupun harga saham BFIN.
Dalam keterbukaan informasi, BFI Finance mengatakan dampak dari perdamaian dengan APT, mereka sepakat akan membayarkan sejumlah uang melalui dua tahap. Di mana pembayaran awal dilakukan pada November 2019 lalu sebesar 50 persen dari perjanjian yang disepakati. Lalu, pembayaran kedua akan dilakukan pada Februari 2020 ini setelah prosedur administrasi pengadilan terselesaikan.
Analis dari CLSA Indonesia Handy Noverdanius dan Sarina Lesmina dalam risetnya mengatakan keputusan pengakhiran sengketa ini memberikan angin segar kepada para mitra BFI Finance, terutama perbankan yang memberikan pinjaman.
Baca Juga: Apresiasi Mitranya, BFI Finance Gelar Agency Gathering Nasional 2020.
Selain itu, juga kepada kepada dua investor Italia yang ingin mengakuisisi saham BFI Finance. Seperti diketahui, bank komersial asal Italia, Mediobanca berencana mengakusisi 19,9% saham BFI Finance, sementara Star Finance SRL sebesar 11 persen. Di mana proses akuisisi tersebut saat ini dikabarkan masih menunggu persetujuan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Dalam risetnya, CLSA Indonesia menargetkan saham BFIN akan berada di kisaran Rp650 dalam jangka waktu 12 bulan atau naik 13 persen sejak perjanjian perdamaian dilakukan pada November 2019 lalu.
Hal senada diungkapkan Kepala Riset Praus Capital Alfred Nainggolan. Menurut dia, sengketa yang berakhir damai memberikan kelegaan bagi investor. Tidak hanya pada investor yang sudah memiliki saham BFIN, namun juga kepada investor yang selama ini masih ragu untuk mengoleksi saham BFIN karena khawatir dengan sengketa tersebut. Apalagi sengketa tersebut telah berlangsung selama 16 tahun.
"Jika dilihat dari catatan kinerja BFIN sepanjang kasus ini berlangsung sepertinya perusahaan tidak begitu terganggu, bahkan ke harga saham juga tidak terlalu signifikan dampaknya," katanya di Jakarta, Rabu (19/2/2020).
Hal itu, lanjut Alfred, dapat dilihat dari performa keuangan BFIN dalam empat tahun terakhir yang sangat stabil dan terus tumbuh. Bahkan, pertumbuhan tersebut lebih tinggi dari pertumbuhan yang dialami oleh industri pembiayaan secara keseluruhan.
Baca Juga: Dapat Rezeki Nomplok, Bank Mandiri Tebar Dividen Rp16,49 Triliun
Adapun laba bersih BFIN pada 2015 adalah Rp650,29 miliar, lalu di 2016 naik menjadi Rp798 miliar. Bahkan di 2017, laba BFI melesat hingga 49 persen menjadi sebesar Rp1,18 triliun. Sedangkan di 2018, laba bersih tumbuh sebesar 24 persen menjadi Rp1,47 triliun.
Menurut Alfred, jika laba tahun buku 2019 nanti yang diperoleh BFI Finance lebih tinggi dari denda yang harus dibayarkan, akan berdampak positif pada harga saham BFIN.
"Jika pengaruh pembayaran ini tidak memengaruhi performa keuangan BFIN, tidak ada masalah," ujar Alfred.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Rosmayanti