Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Lagi-lagi Jakarta Terendam, Pengamat Cela Gagasan Anies Gak Jelas

Lagi-lagi Jakarta Terendam, Pengamat Cela Gagasan Anies Gak Jelas Banjir di Penajam Paser Utara. | Kredit Foto: BNPB
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengendalikan banjir dengan cara memaksimalkan pompa air dan perencanaan membuat waduk. Pengamat tata kota menilai belum ada gagasan jelas Pemprov DKI untuk mengatasi intensitas persoalan banjir di Ibu Kota.

Tempat tinggal Basuki, warga Sumur Batu, Jakarta Pusat dalam beberapa bulan ini sudah berkali-kali terendam banjir di atas 50 sentimeter. Berkali-kali juga ia kehilangan harta benda. Mesin cuci, kulkas, dan seluruh barang elektronik rusak karena terendam air.

"Belum lagi tempat tidur. Kalau sudah basah tak bisa dipakai," kata dia sambil mengeluh karena setiap kali banjir tak dapat beraktivitas seperti biasanya.

Baca Juga: Waspada, Hujan hingga Petir Guyur Sejumlah Wilayah Jakarta Ini

Basuki mengaku, banjir yang terjadi Minggu (23/2/2020) dini hari di tempat tinggalnya lebih parah dari banjir besar yang terjadi di 1 Januari 2020 lalu. "Kalau ini sudah di atas dengkul. Dan lebih parah ini," katanya.

Selama tinggal di Sumur Batu, kata Basuki, intensitas banjir baru terjadi dua tahun belakangan ini. Kata dia, dua tahun lalu banjir di lokasinya cepat surut. Beda dengan sekarang. Sekarang airnya menggenang dan lebih lama surut.

"Kalau dulu memang deras apa pun hujan, ya intinya air itu enggak jadi genangan. Cuma lewat saja. Melintas," kata Basuki.

Lebih lanjut, ia berharap adanya ketegasan dan tindakan konkrit dari Pemprov DKI untuk mengendalikan banjir di Jakarta.

Basuki hanya satu dari ribuan warga Jakarta yang menjadi korban banjir yang terjadi akhir pekan kemarin. Beruntung, ia tak sampai mengungsi karena sisa-sisa kotoran dari banjir sudah dibersihkan dengan tangan sendiri, meski ia tidak akan tidur nyenyak dalam beberapa hari ke depan.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat hingga Minggu (23/2/2020) pukul 09.00 WIB, hujan dengan intensitas sedang hingga tinggi Minggu dini hari membuat 55 kelurahan di Jakarta terendam banjir. Jumlah pengungsinya mencapai 846 jiwa.

Dalam situs resminya, BNPB menyatakan banjir disebabkan curah hujan tinggi dan air dari luapan sungai.

 

Bagaimana Prediksi BMKG?

Badan Meteorologi Klomatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi wilayah Jakarta dan sekitarnya masih diguyur hujan lebat hingga tiga hari ke depan.

Prakirawan cuaca BMKG, Irsal Yuliandri mengatakan, hujan akan berlangsung di pertengahan malam dan dini hari.

"Intensitasnya bisa sedang hingga lebat disertai dengan kilat petir," kata Irsal saat dihubungi, Minggu (23/2/2020).

Lebih lanjut Irsal mengatakan, secara umum cuaca ekstrem akan berlangsung hingga Maret 2020 mendatang, termasuk wilayah Jabodetabek.

"Untuk Sumatera bagian Selatan, kemudian sebagian Jawa mulai dari Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jogjakarta, Jawa Timur, Bali, NTB hingga NTT memang dari bagian iklim klimatologi BMKG prakiraan puncak musim hujannya di Februari dan Maret," katanya.

Apa Langkah Pemprov DKI Jakarta?

Kepala Dinas Sumber Daya Air (SDA) DKI Jakarta, Juaini sebelumnya mengatakan dalam jangka pendek Pemprov DKI Jakarta akan memaksimalkan pompa penyedot air.

"Jangka pendek, kita maksimalkan pompa-pompa yang deket lokasi, yang kena dampak," ucap Juaini, Kamis (20/2/2020).

Sementara itu, untuk jangka panjang, Pemprov DKI Jakarta akan membuat waduk di daerah hulu yang akan melibatkan pemerintah daerah lainnya. Pihak DKI juga akan melakukan pengerukan sungai-sungai besar.

Pun, Gubernur Anies Baswedan mengatakan banjir yang melanda sejumlah wilayah di Jakarta akibat hujan lokal. Kata dia, genangan air akan surut diikuti turunnya permukaan air laut. "Dengan permukaan air laut yang surut, Inshaallah nanti penurunan akan lebih cepat," katanya kepada media, Minggu (23/2/2020).

Banjir Jakarta Terus Berulang?

Pengamat tata kota dari Universitas Trisakti, Yayat Supriatna menilai Pemprov DKI Jakarta sudah diberikan peringatan dengan prediksi hujan dari BMKG.

Namun, kata dia, Pemerintah DKI Jakarta di bawah pimpinan Anies Baswedan tak punya gagasan yang jelas dalam mengendalikan banjir. Dengan polemik banjir, maka gagasannya kembali ditagih.

"Tapi setelah itu gubernur tidak ada gagasan lagi. Sesudahnya ini (mau) apa?" katanya, Minggu (23/2/2020).

Lebih lanjut ia menilai saat ini korban banjir sudah dalam posisi apatis terhadap pemerintah Jakarta. Tiap kali banjir datang, masalahnya tak kunjung selesai.

Baca Juga: RSCM Kemasukan Air Banjir, Menkes Sampai Sidak Lokasi

"Kesan trauma dari warga. Warga sudah lelah karena beberapa kali kena banjir dia sudah mengatakan, kalau mau dikomentarin toh nanti masalahnya tidak terselesaikan," katanya.

Yayat mengatakan penanganan banjir saat ini berbeda dengan pemerintahan Jakarta sebelumnya. Di era Ahok, kata dia, gagasan tentang mengurangi dampak risiko banjir dijawab dengan pembuatan rumah susun khusus warga Jakarta yang tinggal di lokasi langganan banjir.

"Lima puluh ribu unit rumah susun itu akan digunakan untuk program relokasi warga yang tempatnya sering kebanjiran. Jadi sudah ada konsep sudah ada gagasan," ujar Yayat.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: