Waduh! Pemerintah AS Lagi Selidiki Alat-alat Deteksi Virus Corona yang Cacat Produksi
Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan (HHS) Amerika Serikat (AS) sedang menyelidiki cacat produksi terhadap beberapa alat uji virus corona.
Hal itu mendorong beberapa negara bagian untuk meminta persetujuan darurat dalam menggunakan alat uji mereka sendiri.
Baca Juga: Wadidaw! Australia Ngaku Sulit Cegah Datangnya Virus Corona, Kenapa?
Sekretaris Layanan Kesehatan dan Kemanusiaan, Alex Azar mengatakan kepada ABC bahwa pihaknya telah menyita 75 ribu alat uji virus corona yang diduga mengalami cacat produksi.
Dia mengatakan, lebih dari 3.600 warga AS telah melakukan tes dengan alat uji tersebut.
HHS mengkonfirmasi bahwa pihaknya telah meluncurkan penyelidikan dan sedang mengumpulkan tim ilmuwan dari luar Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC).
Penyelidikan itu untuk menemukan cacat produksi dalam alat uji yang telah didistribusikan ke departemen kesehatan di sejumlah negara bagian.
Gubernur New York, Andrew Cuomo mengatakan, New York akan menggunakan alat uji sendiri setelah meminta persetujuan dari Food and Drug Administration (FDA).
Sementara itu, FDA mengizinkan beberapa laboratorium untuk menggunakan alat tes yang telah mereka kembangkan untuk menguji virus corona.
Komisaris FDA, Stephen Hahn mengatakan, pihaknya bekerja sama dengan CDC untuk menentukan bahwa cacat produksi alat uji disebabkan oleh masalah manufaktur.
"Kami bekerja sama dengan CDC untuk menyelesaikan masalah manufaktur," ujar Hahn.
Hahn menambahkan, FDA memiliki kepercayaan diri dalam pembuatan alat uji virus corona yang telah didistribusikan. Alat uji tersebut telah melewati prosedur dengan kendali kualitas yang cukup ketat.
Pada Ahad lalu, New York mengkonfirmasi kasus pertama virus korona. Para pejabat kesehatan setempat berupaya untuk mendapatkan alat uji secara mandiri, setelah alat uji yang didistribusikan oleh pemerintah pusat bermasalah.
Mereka mengatakan, alat uji yang diberikan oleh pemerintah pusat tidak dapat mendiagnosis dengan cepat.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: