Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi nasional mulai membaik mulai April ini hingga enam bulan ke depan setelah mengalami titik terendah pada akhir Maret lalu. Perlambatan ekonomi global akibat wabah virus corona mempengaruhi ekonomi nasional.
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, menggunakan skenario kurva-V untuk menggambarkan kondisi ekonomi nasional. Ia mengatakan, sepanjang Februari hingga Maret, perekonomian dalam negeri mengalami perlambatan. Titik terendahnya pada akhir Maret. Setelah itu, memasuki bulan April, ekonomi mulai membaik. Enam bulan selanjutnya Indonesia memasuki masa pemulihan.
"Pada bulan April suhu udara sudah meningkat. Eropa memasuki musim spring. Suhu udara di Asia juga panas. Virus Covid-19 akan mati pada suhu di atas 27 derajat celsius. Masa pemulihan ekonomi akan diisi dengan kebijakan yang terintegrasi," kata Perry saat berdiskusi dengan sejumlah pemimpin redaksi media nasional di Jakarta, Selasa (4/3/2020).
Baca Juga: Mampu Tekan NPL, Industri Perbankan Sambut Positif Relaksasi OJK
Berdasarkan data Bank Indonesia sampai dengan 27 Februari 2020, aliran modal asing yang keluar (capital out flow) mencapai Rp30,8 triliun, dengan rincian surat berharga nasional (SBN) Rp26,2 triliun; pasar saham Rp4,1 triliun; dan sisanya untuk lain-lain.
Namun demikian, menurut Perry, penarikan investasi ini sifatnya masih sementara dan masih dalam bentuk mata uang rupiah. Ketika kondisi membaik, investor akan kembali menyimpan kepemilikan portofolio di Indonesia.
Melihat kondisi tersebut, pertumbuhan ekonomi tahun ini yang semula diprediksi mencapai 5,1-5,5 persen, dipangkas menjadi 4,9 persen pada kuartal I-2020; 5 persen pada kuartal II-2020; 5,2 persen pada kuartal II-2020; dan 5,2 persen pada kuartal IV-2020.
"Pemerintah telah melakukan rapat koordinasi dengan BI dan OJK untuk membuat policy response. Pemerintah akan memberikan stimulus fiskal, memberikan insentif sektorial, meningkatkan bantuan sosial, meningkatkan insentif perumahan rakyat, dan mendorong pariwisata," paparnya.
Bank Indonesia lalu membuat lima kebijakan untuk menjaga dan melindungi ekonomi nasional dari gangguan wabah corona. Pertama, meningkatkan intensitas stabilisasi nilai tukar di pasar keuangan. Kedua, menurunkan giro wajib minimum (GWM) valuta asing dari delapan persen menjadi empat persen. Hal ini akan meningkatkan likuiditas valas sebesar US$3,2 miliar.
Ketiga, meningkatkan giro wajib minimum rupiah sebesar setengah persen khusus kepada bank yang melakukan kegiatan ekspor-impor selama sembilan bulan. Keempat, memperluas cakupan transaksi bagi investor asing dalam melakukan nilai lindung, termasuk memenuhi domestic non-delivery forward (DNDF). Dan kelima, mempersilakan investor global untuk memilih domestic custody atau global custody dalam berinvestasi di Indonesia.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Muhamad Ihsan
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait: