PT Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta berencana tidak akan menggunakan mekanisme dana bantuan dari Jepang pada pembangunan MRT Jakarta fase 3-4. Tidak seperti pembangunan fase 1-2.
Direktur Utama PT MRT Jakarta, William Sabandar mengatakan, fase 1-2-3 dibangun dengan pendanaan dari pinjaman G to G, pemerintah Indonesia dengan pemerintah Jepang. Namun untuk pembangunan fase keempat, MRT Jakarta akan mencari pendanaan baru.
"Mekanisme pendanaan fase 3-4 tidak harus dari G to G, tetapi kita akan melakukan inovasi seperti lewat obligasi, pinjaman langsung, atau investasi langsung melalui MRT Jakarta," kata Willy saat berdiskusi dengan Forum Pemimpin Redaksi di Jakarta, Kamis (5/3/2020).
Baca Juga: Master Plan Infrastruktur IKN Mulai Disusun, PUPR: Mei 2020 Rampung
MRT Jakarta, kata Willy, merasa kesulitan dengan model pinjaman tersebut. Pasalnya, seluruh proses pembangunan MRT Jakarta harus menggunakan material dari Jepang. Hal tersebut menjadi salah satu faktor penyebab lambatnya pengerjaaan konstruksi MRT.
Di kesempatan yang sama, Komisaris Utama PT MRT Jakarta, Muhammad Syaugi mengungkapkan hal serupa. "MRT sepanjang 13 km akan dibangun selama 6 bulan. Kami ingin bangun lebih cepat, tapi vendor semua dari Jepang, ditambah lagi soal perizinan. Jadinya lama," kata Syaugi.
MRT Jakarta fase 1 telah setahun beroperasi. Sejak diresmikan pada 24 Maret tahun lalu, moda transportasi modern di Jakarta ini telah mencapai target jumlah penumpang sebesar 30.175.187 orang, dengan rata-rata penumpang 86.950 orang per hari. Jalur ini memanjang 16 km dari Terminal Lebak Bulus hingga Stasiun Bundaran HI.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Lili Lestari
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: