Pakai Dana Kampanye Sedikit, Joe Biden Diprediksi Menang Besar di Pemilu AS
Joe Biden diprediksi akan mendapatkan kemenangan besar pada pemilu pendahuluan yang digelar di tiga negara bagian, yakni Florida, Illinois dan Arizona. Itu menjadi peluang besar bagi mantan wakil presiden Amerika Serikat (AS) tersebut untuk mengalahkan pesaing utamanya, Bernie Sanders.
Biden terus memimpin dalam jajak pendapat di tiga negara bagian tersebut, yakni Florida, Illinois, dan Arizona. Sebelumnya, Biden telah memenangkan banyak pemilu pendahuluan sehingga dia memimpin ratusan delegasi lebih banyak dibandingkan dengan Sanders, seperti di Michigan.
Baca Juga: Hasil Super Tuesday Joe Biden dan Bernie Sanders Jelang Pilpres AS
Biden juga terus memimpin dalam pemilu pendahuluan selama dua pekan terakhir. Dia mampu mengonsolidasikan dukungan Partai Demokrat kepadanya.
Meskipun mendapatkan banyak kemenangan besar, tim kampanye Joe Biden pada Februari lalu hanya menghabiskan kurang dari sepertiga total biaya kampanye yang dikeluarkan rivalnya, Bernie Sanders.
Pada Februari lalu, tim kampanye Biden hanya membelanjakan USD13,1 juta (Rp211 miliar) dibandingkan dengan USD45,8 juta (Rp740 miliar) yang dihabiskan Sanders. Biden hanya menghabiskan sekitar USD5 juta (Rp80 miliar) untuk belanja iklan pada Februari, sedangkan Sanders membelanjakan USD26 juta (Rp420 miliar).
Tim kampanye Sanders kini sedang mempertimbangkan untuk mengakhiri pertarungan. Sanders juga didesak agar mengakhiri pertarungan jika kalah pada pemilu pendahuluan di tiga negara bagian yang digelar kemarin.
Kenapa? Kebanyakan pendukung Partai Demokrat tidak ingin pertarungan panjang pemilu pendahuluan 2016 menyebabkan polarisasi di kalangan partai tersebut.
“Pertarungan pemilu pendahuluan akan digelar tiga pekan lagi,” kata manajer kampanye Sanders, Faiz Shakir, dilansir Reuters.
“Sanders sedang mendiskusikan dengan para pendukungnya untuk mengevaluasi kampanye,” katanya.
Peluang Sanders yang semakin kecil setelah Biden berhasil mendominasi hasil pemilu pendahuluan di Florida, Illinois, dan Arizona. Pertarungan di tiga negara bagian itu dikenal sebagai kontes politik tersengit yang bisa menentukan arah siapa akan memenangkan pemilu presiden 2020.
Pemilu pendahuluan Partai Demokrat kini semakin tidak pasti karena penyebaran virus korona. Namun, antusiasi para pendukung Demokrat memberikan suara cukup tinggi.
Baik Biden dan Sanders membatalkan sejumlah agenda kampanye untuk mencegah penyebaran virus corona. Pemilu pendahuluan bisa jadi menghadapi perpanjang karena beberapa negara memilih menunda pemilu pendahuluan.
Antusias dukungan bagi Biden juga semakin tinggi. Edison Research menyatakan, dukungan bagi Biden berasal dari perempuan, warga keturunan Afrika, dan masyarakat kulit putih di perdesaan.
Hal signifikan lainnya mantan wakil presiden berhaluan tengah berusia 77 tahun itu adalah mampu menggaet pemilih suburban yang membantu Demokrat menguasai Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pada pemilu Kongres 2018 lalu.
“Kita melihat banyak pemilih memberikan suara berasal dari orang kaya dan berpendidikan tinggi di kawasan suburban di tempat di mana Partai Republik terguncang sejak 2016,” kata analis politik dari Pusat Politik Universitas Virginia, Kyle Kondik.
“Banyak mantan pemilih Republik kini lebih terbuka memilih Demokrat dibandingkan di masa lalu,” ujarnya.
Kondik memperingatkan pemungutan suara pemilu pendahuluan juga bukan indikator nyata untuk pemilu presiden. Namun, kesuksesan Biden bisa saja menjadi pertanda baik dalam pertarungan dengan Presiden AS Donald Trump (73), mantan pengusaha dan bintang reality show.
Priorities USA Action, lembaga Super PAC Demokrat-lembaga pengumpul donasi politik, menyatakan krisis virus korona, melemahnya ekonomi, dan gaya hidup warga AS yang berubah, menjadi masalah bagi Trump.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: