Indonesia perlu bergegas mengantisipasi potensi resesi ekonomi yang sudah di depan mata. Alarm resensi itu antara lain didorong melambatnya ekonomi nasional sebagai dampak dari penyebaran virus corona (Covid-19).
"Suka tidak suka, Indonesia akan mengalami resesi dan itu tidak akan terelakan," kata Kepala Centre of Investment Trade, and Industry Indef, Andry Satrio Nugroho, dalam diskusi di Jakarta, Selasa (24/3/2020).
Baca Juga: Waduh, Waduh, Indef Ramal Ekonomi Tahun Ini Mentok 4,8 Persen
Apalagi, lanjut dia, bila kebijakan karantina wilayah atau lockdown diambil pemerintah yang akan menimbulkan beberapa dampak di antaranya pertama, menghentikan pekerja untuk bekerja dan kedua, memperlambat konsumsi untuk mengonsumsi. "Ini pil pahit di jangka pendek yang harus ditelan untuk menyelamatkan ekonomi jangka panjang," tambahnya.
Sementara itu, Kepala Centre of Macroeconomics and Finance Indef, Rizal Taufikurohman, menambahkan, pandemi Covid-19 berdampak menurunkan terhadap indikator ekonomi makro nasional, baik jangka pendek maupun jangka panjang pada berbagai skenario.
"Indikator yang terbesar menurun pada semua kemungkinan adalah indikator konsumsi rumah tangga. Di mana skenario paling besar penurunannya terjadi pada skenario penanganan wabah Covid-19 selama 6 bulan lamanya," kata Rizal.
Penurunan konsumsi rumah tangga ini, sambungya, mendorong GDP riil akan menurun pada semua skenario pertumbuhan ekonomi nasional, di mana masing-masing sebesar 3,60%, 3,58%, dan 3,66% dari baseline sesuai tahapan skenario.
"Artinya, GDP riil aktual saat ini terkoreksi oleh besaran tersebut, di mana pertengahan tahun 2020 pertumbuhan ekonomi nasional turun sebesar angka-angka skenario tersebut," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Puri Mei Setyaningrum