Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Jagoan! Industri Sawit Tetap Prospektif di Tengah Corona

Jagoan! Industri Sawit Tetap Prospektif di Tengah Corona Kredit Foto: Agus Aryanto
Warta Ekonomi, Jakarta -

Serangan virus corona yang makin ganas di hampir seluruh dunia, termasuk Indonesia, mengakibatkan perekonomian kocar-kacir. Kelapa sawit sebagai salah satu sumber devisa ekspor terbesar nasional ikut merasakan dampak dari adanya infeksi Covid-19 ini.

Buktinya, ekspor minyak sawit dan produk turunannya ke berbagai negara pada Januari lalu mengalami penurunan hingga 35,6 persen dibandingkan bulan Desember 2019. Data Gapki mencatat, ekspor CPO dan produk turunannya pada Januari 2020 hanya sebanyak 2,39 juta ton, sedangkan pada Desember 2019 tercatat sebanyak 3,72 juta ton.

Baca Juga: Jangan Cuma Jadi Negara Titipan, CPO Indonesia Harus Punya Power!

Sekjen Gapki, Kanya Lakshmi Sidarta, memproyeksikan industri kelapa sawit baik di hulu, mid (antara), dan hilir terutama untuk ekspor sawit ke berbagai negara tersebut akan terjadi perlambatan. Secara keseluruhan, akan terjadi perlambatan besar untuk ekspor, sementara domestik tetap terjadi perlambatan yang relatif lebih rendah dibandingkan ekspor.

Kanya mengatakan bahwa mungkin saja produksi melambat, tetapi perlu didukung dengan penjagaan ekstra khususnya terhadap lalu lintas orang masuk kebun. Tidak hanya itu, diperkirakan akan terjadi penumpukan stok CPO karena transportasi untuk pengiriman buah ke sektor pengolahan atau PKS (pabrik kelapa sawit) sudah mulai terganggu.

Untuk pengolahan di sektor mid (antara) juga akan sedikit melambat, tetapi hanya untuk kegiatan ekspor. Sementara untuk kebutuhan penyediaan minyak goreng dalam negeri akan tetap terjamin.

Kanya juga menuturkan, seharusnya dengan adanya peningkatan kebutuhan sabun dan lain sebagainya justru membuka peluang untuk peningkatan serapan minyak sawit di dalam negeri. Di dalam negeri, peningkatan penyerapan minyak sawit sebelumnya juga telah digalakkan pemerintah melalui program B30.

"Untuk hilir pun, ada peningkatan permintaan dalam negeri, jadi ya so so lah," ujar Kanya.

Meskipun demikian, industri kelapa sawit akan tetap prospektif karena bisnisnya yang memiliki daya tahan jangka panjang. Ditambah lagi, usaha minyak kelapa sawit menjadi kebutuhan yang relatif pokok bagi masyarakat Indonesia. Kanya menegaskan, meskipun secara keseluruhan perkembangan industri kelapa sawit terdampak melambat, sawit tetap mempunyai peluang untuk kembali membaik.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: