Mandatori kebijakan B30 yang telah diimplementasikan di Indonesia sejak Januari 2020 lalu bertujuan untuk mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor bahan bakar fosil. Dengan B30 tersebut, sebanyak 9,6 juta kiloliter FAME minyak sawit yang digunakan sebagai campuran biodiesel dapat diserap pasar domestik. Hal ini berarti hampir 10 juta kiloliter impor solar juga dapat ditekan.
Tidak sampai di situ, pemerintah Indonesia terus berinovasi dengan meningkatkan pencampuran minyak sawit dengan minyak solar menjadi B40. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan program B40 dapat diterapkan pada tahun 2021 mendatang dengan rangkaian uji coba harus sudah rampung pada tahun ini.
Baca Juga: B30 Sudah, Selanjutnya B40 atau B100?
Namun, terkait infeksi Covid-19 yang makin ganas di Indonesia, pemerintah akan melakukan penyesuaian jadwal terhadap rencana uji coba program B40 yang semula ditargetkan pada Maret 2020.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana mengatakan, "Uji teknis B40 sekarang sedikit disesuaikan karena situasi pegawai yang harus WFH (work from home). Kami sedang menjadwal ulang kegiatan uji terbatas, mestinya sudah dimulai minggu ini. Saya masih melihat situasi dan arahan dari pemerintah terkait dengan pencegahan Covid-19."
Meskipun masih harus menunggu penjadwalan ulang, Dadan menerangkan bahwa hingga kini sudah dilakukan pemilihan sampel B40, baik yang berasal dari biodiesel eksisting atau yang saat ini digunakan pada B30 dengan peningkatan kualitas (misalnya kandungan air yang lebih rendah atau pengotor yang lebih sedikit).
Lebih lanjut, Dadan mengatakan, "Meskipun uji teknis terhambat, kami menargetkan agar rekomendasi teknis yang keluar dari uji teknis tidak mundur. Rekomendasi ditargetkan bulan Juli."
Berdasarkan data Kementerian ESDM, serapan biodiesel pada tahun ini ditargetkan sebanyak 10 juta kiloliter. Pada 2021, serapan biodiesel diperkirakan akan stabil yakni sebanyak 10,2 juta kiloliter. Selanjutnya, serapan domestik biodiesel akan meningkat signifikan pada tahun 2022, 2023, dan 2024 berturut-turut sebanyak 14,2 juta kiloliter; 14,6 juta kiloliter; dan mencapai 17,4 juta kiloliter.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Puri Mei Setyaningrum