Menurutnya, sebagian besar penjual e-commerce juga memiliki cadangan uang tunai yang terbatas, cukup untuk satu atau maksimal dua bulan. Mereka akan terus membayar biaya-biaya tetap (fixed costs) yang mana akan menimbulkan ketidakseimbangan aliran dana (cash flow) jika kondisi shutdown terus diberlakukan untuk jangka waktu yang lebih lama.
"Observasi sementara juga memperlihatkan bahwa marketplace terus berupaya menangkap peluang-peluang untuk menambah kemampuan pasar mereka meskipun seasonality curve e-commerce telah jatuh," jelas Vaibhav.
Baca Juga: Biar Kantong Tak Jebol, Begini Tips WFH dari Financial Planner
Dari sudut pandang transaksi, pasar domestik diperkirakan akan terlebih dahulu mengalami peningkatan sebelum diikuti oleh transaksi belanja online lintas batas antarnegara (cross border). Artinya, perusahaan-perusahaan dengan pasar lokal yang kuat memiliki peluang untuk pulih lebih cepat.
Pelaku industri lain dalam ekosistem, selain sektor logistik, yang mengalami penurunan secara signifikan adalah perusahaan ritel. Sehingga setelah perekonomian pulih industri e-commerce tidak akan pernah sama lagi, dan perusahaan-perusahaan akan menyadari bahwa bisnis offline tidak akan pernah cukup.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Agus Aryanto
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: