Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Borong Saham Siloam & Lippo Cikarang, Kinerja LPKR Makin Silau?

Borong Saham Siloam & Lippo Cikarang, Kinerja LPKR Makin Silau? Kredit Foto: Antara/Aprillio Akbar
Warta Ekonomi, Jakarta -

PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) menerapkan strategi bisnis yang fokus pada pertumbuhan dan menjaga kinerja agar solid dalam jangka panjang. Agar semakin kuat, perusahaan telah memperbesar kepemilikan saham di Siloam Hospitals (SILO) dan Lippo Cikarang (LPCK).

Pada Selasa (21/4/2020), harga saham LPCK telah menguat sebanyak 13% semenjak aksi korporasi pada Kamis (16/4/2020) lalu. Harga saham LPCK kemarin diperdagangkan pada Rp730 per lembar saham, naik dari Rp645 pada saat pembelian oleh LPKR.

Transaksi ini telah meningkatkan kepemilikan LPKR di Siloam menjadi 55,4% dan di Lippo Cikarang menjadi 84%. Aksi buyback dengan dana Rp75 miliar dari kas internal membuktikan perusahaan dapat beradaptasi di tengah tantangan bisnis.

Baca Juga: RS Siloam & Lippo Malls Siapkan Drive Thru Rapid Test Covid-19, Pesannya Via WhatsApp

Analis Oso Sekuritas Sukarno Alatas menilai langkah peningkatan kepemilikan saham yang dilakukan LPKR tepat karena dari sisi harga sudah diskon. Tidak masalah jika LPKR ingin menambah kepemilikan di saat sekarang karena memang harga sedang diskon. Meskipun secara valuasi sudah diskon, harga masih bisa turun lagi.

"Karena di level sekarang secara teknikal, sudah overbought atau memang harga sudah naik signifikan dan sekarang indeks juga kembali melemah,” ujar Sukarno kepada media, Selasa (21/4/2020). 

Aksi korporasi dengan menambah kepemilikan di SILO dan LPCK juga dinilai tepat. Mengingat dua emiten itu memiliki kinerja positif dan juga dari sisi haga saham sudah terdiskon, apalagi dari sisi fundamental keduanya kuat, di mana rasio utang kecil dan secara likuditias juga tinggi.

Penambahan kepemilikan di SILO dan LPKR bisa jadi salah satu strategi investasi yang tepat. Apalagi isu kesehatan saat ini jadi peluang untuk meningkatkan kinerja ke depannya. Sehingga potensi kenaikan harga tinggi dan suatu saat yang tepat LPCK bisa jual di harga tinggi.

Karena itu, LPKR yang memiliki bisnis inti di sektor properti, juga kesehatan, akan memiliki kinerja positif dalam jangka panjang. Animo di kedua bisnis sektor itu memang masih cukup baik. Sektor kesehatan dianggap menarik karena merupakan segmen bisnis yang saat ini benar-benar dibutuhkan masyarakat.

"Akan ada peluang, kinerjanya bisa lebih baik," kata Sukarno.

Yang pasti, kesehatan emiten dengan proporsi recurring income yang besar menjadi kekuatan terbesar LPKR menghadapi ketidakpastian ekonomi, salah satunya akibat virus corona. Asal bisa memaksimalkan apa yang ditargetkan perusahaan dan bisa memanfaatkan dengan baik kondisi penurunan suku bunga dan insentif lain yang ada, dalam jangka panjang kinerja akan tetap positif.

Data pembukuan LPKR menyebutkan lebih dari 70 persen dari pendapatan Lippo Karawaci berasal dari recurring income, yang memberikan stabilitas di saat situasi pasar bergejolak. Dalam jangka panjang, kinerja LPKR diprediksi terus meningkat sebagai akibat dari strategi deleverage dan keberhasilan kepemimpinan manajemen.

Tak hanya itu, LPKR juga dinilai lihai dalam membaca arah bisnis sekaligus mendapat dukungan dari berbagai mitra strategis. Dukungan konsumen properti atas berbagai inovasi perseroan juga mendukung kinerja positif perseroan

Sebelumnya, CEO LPKR John Riady menyatakan, dalam situasi penuh tantangan, manajemen LPKR  terus menerapkan strategi yang terukur, untuk terus menguatkan bisnis properti dan kesehatan yang menjadi bisnis inti persuahaan.

John memastikan, LPKR telah mengeksekusi berbagai rencana bisnis, seperti penyelesaian penawaran umum terbatas LPKR, pembiayaan kembali obligasi sejumlah US$325 juta, penawaran obligasi tambahan sebesar US$95 juta, penawaran tender obligasi, aksi buyback saham, juga memperbesar kepemilikan saham di SILO dan LPCK.

Berbagai aksi korporasi itu, diyakini John, akan memperkuat kinerja LPKR, sekaligus menurunkan rasio utang terhadap ekuitas perseroan ke tingkat industri yang rendah, yaitu 21%. Likuditas LPKR juga saat ini terjaga. Manajemen LPKR optimistis buyback akan membantu menstabilkan harga saham. 

Perseroan telah membuat perencanaan dalam memperkuat posisi keuangannya sehingga memiliki fleksibilitas di pasar keuangan yang fluktuatif. Fundamental perseroan saat ini kuat, di mana sebagian besar dari pendapatan LPKR bersifat berulang atau recurring income yang didukung oleh Siloam.

Baca Juga: Proyek Properti Diborong, Kinerja LPKR Kinclong

Pembelian saham SILO dan LPCK oleh LPKR dilakukan saat valuasi harga sahamnya menarik. Hal ini disebabkan terjadinya koreksi pasar dalam beberapa minggu terakhir. Oleh karenanya, perusahaan dapat membeli saham dengan diskon menarik untuk industri pada harga rata-rata EV/EBITDA selama lima tahun terakhir.

Harga rata-rata akuisisi SILO dan LPCK berada di bawah 10x EV EBITDA, sementara rekan-rekannya secara historis diperdagangkan pada EV/EBITDA rata-rata lebih dari 20x. Di LPCK, diskon ke NAV lebih dari 91% pada harga transaksi rata-rata, diskon signifikan untuk rata-rata sejawat.

John menegaskan, LPKR tetap konsisten dalam rencana bisnis untuk fokus pada properti dan layanan kesehatan sebagai bisnis inti. Dalam masa yang belum pernah terjadi sebelumnya ini, berdasar analisis internal tindakan paling bijaksana meningkatkan kepemilikan di anak perusahaan utama.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Agus Aryanto
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: