Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Harga Minyak Mentah Minus, Harga CPO Ambles

Harga Minyak Mentah Minus, Harga CPO Ambles Buruh kerja memanen kelapa sawit di perkebunan kawasan Cimulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa (10/9/2019). Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia menyatakan produksi minyak sawit Indonesia diperkirakan mencapai 46,6 juta ton pada 2020. | Kredit Foto: Antara/Yulius Satria Wijaya
Warta Ekonomi, Jakarta -

Anjloknya harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Mei ke level minus US$37,63 per barel menggemparkan dunia. Kondisi ini merupakan kali pertama dalam sejarah, harga minyak mentah dunia jatuh ke zona negatif.

Tanda minus untuk kontrak pengiriman Mei tersebut mengindikasikan bahwa pemegang kontrak pengiriman dapat memberikan minyak secara cuma-cuma kepada yang berminat, bahkan sampai membayar orang agar bersedia mengambil minyak karena kapasitas di storage yang sudah penuh. Lalu, apa dampak anjloknya harga minyak mentah ini terhadap minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO)?

CPO merupakan bahan baku biodiesel yang dijadikan sebagai substitusi bahan bakar fosil yang digunakan pada alat transportasi. Oleh karena itu, merosotnya harga minyak mentah dunia tentu akan memberikan pengaruh terhadap pergerakan harga CPO global.

Baca Juga: Uni Eropa: Tak Hanya CPO, Tapi Juga Minyak Jelantah!

Data CIF Rotterdam mencatat selama minggu ketiga April 2020, harga CPO telah berada pada level US$545 per MT. Harga ini melemah sebesar 10,4 persen dibandingkan periode yang sama pada minggu lalu. Harga CPO di kontrak CIF Rotterdam yang tercatat saat ini 22,1 persen, lebih rendah dibandingkan harga ideal CPO sebesar US$700 per MT.

Tak dapat dimungkiri, pandemi Covid-19 yang telah menginfeksi dunia sejak akhir 2019 lalu tidak hanya menyerang manusia, tetapi juga pasar keuangan, komoditas termasuk harga CPO hingga perekonomian global.

Hal tersebut dikarenakan lockdown yang diberlakukan oleh sejumlah negara-negara di dunia untuk memutus rantai penyebaran virus tersebut, akhirnya berdampak pada penurunan permintaan.

Para ahli memperkirakan, prospek permintaan minyak sawit dari negara-negara importir utama, seperti India, masih akan tertekan dikarenakan kebijakan perpanjangan karantina nasional yang diterapkan negara itu.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: