Diklaim Mujarab Obati Pasien Corona, Sebenarnya Apa Itu Remdesivir?
Amerika Serikat melalui Badan Administrasi Pangan dan Obat-obatan mereka (FDA), memastikan Remdesivir sebagai obat yang bisa digunakan untuk pasien COVID-19. Dikutip dari Reuters, pemberian izin itu diumumkan oleh Presiden Donald Trump dalam pertemuan di Ruang Oval Gedung Putih pada Jumat 1 Mei 2020, bersama dengan CEO Gilead Science, David O’ Leary, dan Pimpinan FDA Stephen Hanh.
Langkah itu diambil FDA setelah hasil awal dari penelitian yang disponsori pemerintah menunjukkan bahwa remdesivir mempersingkat waktu untuk pemulihan pasien Covid-19 sebesar 31%, atau rata-rata empat hari, untuk pasien yang dirawat di rumah sakit.
Baca Juga: Trump Sebut Obat Remdesivir Kantongi Izin FDA, Seberapa Ampuh Sembuhkan Pasien Corona?
Penelitian yang dilakukan terhadap 1.063 pasien adalah tes obat terbesar dan paling ketat dan termasuk kelompok pembanding yang menerima perawatan biasa sehingga efek remdesivir dapat dievaluasi dengan ketat.
Mereka yang diberi obat dapat meninggalkan rumah sakit dalam 11 hari rata-rata dibandingkan 15 hari yang dibutuhkan mereka yang tidak diberikan remdesivir. Obat ini juga dapat membantu mencegah kematian, tetapi efeknya belum cukup besar untuk diketahui oleh para ilmuwan.
Perlu diketahui sebelumnya, Remdesivir. awalnya dikembangkan untuk mengatasi wabah Ebola dan virus sejenisnya. Cara kerja dari obat remdesivir ini disebutkan mampu menghentikan replikasi virus dengan menghambat enzim viral utama, RNA polimerase (enzim yang membantu mempercepat proses pembentukan RNA) yang bergantung pada RNA.
Baca Juga: Terungkap! Usia Muda Dominasi Jumlah Pasien Corona, Ternyata Gara-Gara. . . .
Obat Remdesivir tersebut diketahui diuji oleh para peneliti pada tahun lalu selama wabah Ebola yang terjadi di Republik Demokratik Kongo, bersama dengan tiga perawatan lainnya. Meski dikatakan tidak menunjukkan efek apa pun, tetapi enzim yang ditargetkan mirip dengan virus lain.
Sementara itu, pada 2017 lalu para peneliti di University of North Carolina di Chapel Hill menunjukkan dalam suatu percobaan dan penelitian pada hewan bahwa obat tersebut dapat menghambat virus corona yang menyebabkan SARS dan MERS.
Selanjutnya,pasien pertama yang disebut positif COVID-19 di Amerika Serikat, pria muda di Snohomish County, Washington diketahui diberi obat Remdesivir ketika kondisi kesehatannya memburuk. Menurut laporan di New England Journal of Medicine, kesehatan pasien tersebut usai diberi obat Remdesivir keesokan harinya membaik.
Begitu juga dengan pasien di California, yang dianggap dokter akan tidak bisa bertahan, akhirnya berangsur pulih dan membaik. Namun, bukti dari kasus individual tersebut belum bisa membuktikan valid bahwa obat remdesivir ini aman dan efektif.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Lestari Ningsih
Tag Terkait: