Berdasarkan survei Risiko Keamanan TI Kaspersky, informasi pribadi pelanggan lebih sering terlibat dalam pelanggaran data (data breaches) daripada jenis data perusahaan (korporat) lainnya.
Kebocoran data semacam ini menyebabkan kerugian reputasi dan finansial, serta hukuman regulasi jika tidak ditanggulangi dengan tepat. Namun, jika pemrosesan data ditangani secara efektif, kerusakan dari potensi pelanggaran data dapat dikurangi secara signifikan.
Kaspersky menambahkan GDPR dan kursus data konfidensial ke platform pembelajaran kesadaran siber dunia maya untuk bisnis, agar para pelanggan bisa mengelola pemrosesan data dengan lebih baik.
Baca Juga: Tokopedia Terancam Denda Rp331 Miliar!
Sementara untuk membantu perusahaan memastikan kerja jarak jauh tidak menimbulkan bahaya keamanan bagi bisnis mereka, Kaspersky memperkenalkan modul gratis untuk keamanan-keamanan dasar bekerja dari rumah.
"Kursus pelatihan kami menunjukkan bagaimana tindakan sederhana setiap karyawan, seperti mengecek alamat email, dan memungkinkan perusahaan menjadi mitra bertanggung jawab bagi pelanggannya. Hasilnya, ini akan membangun budaya perusahaan di mana setiap karyawan harus mengutamakan penanganan data yang bertanggung jawab," ujar Elena Molchanova, Head of Security Awareness Marketing di Kaspersky dalam keterangan tertulisnya, Selasa (5/4/2020).
Cara bisnis menyimpan dan menggunakan data pelanggan memainkan peran penting dalam membentuk dan mempertahankan reputasinya. Namun, penelitian Kaspersky menunjukkan informasi pribadi yang dapat diidentifikasi adalah jenis data yang paling sering ditargetkan para pelaku kejahatan siber (40%). Akibatnya, 29% perusahaan sulit menarik pelanggan baru setelah pelanggaran data terjadi.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Bernadinus Adi Pramudita
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: